Selasa, 17 Syawwal 1445 H / 24 April 2018 21:00 wib
3.423 views
CAIR Salahkan Trump atas Peningkatan Kejahatan Terhadap Muslim di AS
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Sebuah kelompok hak-hak sipil Muslim mengecam Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya pada hari Senin (23/4/2018), mengatakan kata-kata dan kebijakannya menyebabkan peningkatan tajam dalam serangan dan bias terhadap Muslim di 2017.
Jumlah kejahatan kebencian anti-Muslim yang dilaporkan dan insiden-insiden diskriminasi, intimidasi, pelecehan, dan tindakan bias anti-Muslim lainnya melonjak 15 persen tahun lalu, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan.
Kelompok itu menyalahkan peningkatan tersebut pada presiden, terutama dorongannya untuk melarang imigran dari beberapa negara mayoritas Muslim.
Larangan itu sekarang termasuk Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman, bersama dengan negara non-Muslim Korea Utara dan beberapa pejabat Venezuela. Awalnya juga termasuk Irak.
"Retorika xenofobik Trump ... membesarkan hati mereka yang berusaha mengekspresikan bias anti-Muslim mereka dan memberikan legitimasi bagi kefanatikan," kata laporan itu.
CAIR mengatakan jumlah kejahatan kebencian anti-Muslim dilaporkan melonjak dari 260 pada tahun 2016 menjadi 300 pada tahun 2017 sementara insiden bias anti-Muslim meningkat dari 2.213 menjadi 2.599.
Wilfredo Ruiz, seorang juru bicara CAIR, dan pengacara CAIR Omar Saleh mengakui beberapa peningkatan dapat dikaitkan dengan kelompok yang bermarkas di Washington menjadi lebih baik dalam mendokumentasikan insiden dan Muslim lebih mungkin melaporkan pelecehan tersebut.
Namun mereka menambahkan telah terjadi peningkatan serangan terhadap masjid dan pusat-pusat Islam sejak Trump memulai kampanye kepresidenan tahun 2016-nya. Insiden seperti itu selalu dicatat, kata mereka.
"Menargetkan seluruh kelompok orang tentang bagaimana mereka menyembah Tuhan bertentangan dengan nilai-nilai Amerika kita bersama," kata Ruiz.
"Muslim Amerika berbagi nilai-nilai dan kebebasan Amerika yang sama semua menghargai dan layak mendapatkan kesempatan yang sama seperti kita semua orang Amerika."
Banyak penyerang anti-Muslim mengutip Trump selama serangan mereka, tambah CAIR.
Misalnya, seorang pelancong menendang dan mengutuk seorang karyawan Muslim di Bandara JFK New York pada Maret 2017. Karyawan itu, yang mengenakan jlbab, memanggilnya mengatakan: "Trump ada di sini sekarang. Dia akan menyingkirkan Anda semua. Anda bisa bertanya kepada Jerman, Belgia, dan Prancis tentang orang-orang semacam ini.
Anda lihat apa yang terjadi. " Pria itu tampaknya mengacu pada serangan mematikan yang dilakukan oleh anggota dan simpatisan Islamic State (IS) di negara-negara tersebut.
Dalam kasus lain, seorang lelaki melemparkan batu ke rumah keluarga Muslim di dekat Chicago, juga pada Maret 2017, sambil berteriak, "Buka pintunya, aku ingin membunuhmu." Ketika polisi bertanya kepadanya mengapa dia melakukannya, dia mengatakan kepada mereka: "Itulah yang akan dilakukan Trump."
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar pada laporan tersebut. Trump mengatakan tujuan larangan perjalanan adalah untuk "mengusir teroris Islam radikal".
"Kami hanya ingin memasukkan ke negara kami mereka yang akan mendukung negara kami dan mencintai orang-orang kami," Presiden asal partai Republik itu menambahkan ketika ia menandatangani perintah tersebut di hari-hari setelah pelantikannya pada Januari 2017.
Mahkamah Agung AS dijadwalkan untuk mendengar argumen pada hari Rabu tentang apakah larangan itu konstitusional. (st/TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
