Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
616 views

Analisis: ISIS Gencarkan Seruan Jihad di Sudan, Desak Pejuang Asing untuk Hijrah

Oleh Caleb Weiss

Ketika laporan mengenai semakin banyaknya kekejaman massal yang dilakukan oleh Rapid Support Forces (RSF) — pasukan paramiliter yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) — terus beredar, kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS), yang kemudian berganti nama menjadi Islamic State (IS), kembali menyerukan jihad di Sudan. Dalam buletin mingguan Al Naba, organisasi jihad global itu untuk kedua kalinya tahun ini menyerukan umat Islam agar mengangkat senjata di Sudan, sekaligus mendorong para pejuang asing untuk hijrah ke negara tersebut.

“Di antara sisa-sisa nasionalisme yang lahir dari kebodohan modern adalah sikap menolak, mengabaikan, dan menafikan luka-luka yang diderita umat Islam, selama luka itu tidak terjadi di tanah air asli tempat si ‘nasionalis’ itu dibesarkan,” demikian pembukaan tajuk rencana Islamic State. Kelompok itu menuduh bahwa nasionalisme adalah penyebab penderitaan umat Islam di Sudan dalam konflik saat ini.

“Nasionalisme memaksa penduduk setiap wilayah atau negara untuk mengurus masalah mereka sendiri […] sementara ikut campur dalam persoalan negara lain dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan,” lanjut tulisan itu. Karena itu, menurut ISIS, “Tragedi Sudan tidak dianggap sebagai kewajiban bagi umat Islam di dunia untuk bertindak, karena itu dianggap masalah internal Sudan!”

Dewan redaksi ISIS juga mengecam berbagai pemerintahan dunia karena tidak bertindak akibat “kepentingan politik mereka”, yang menurutnya menyebabkan rakyat mereka pun pasif karena kepentingan nasionalisme yang sejalan dengan kepentingan negara. Serangan retoris ini diarahkan terutama kepada sejumlah rezim Timur Tengah — khususnya Uni Emirat Arab (UEA), Turki, dan Iran — yang diketahui mengambil posisi berbeda dalam konflik Sudan.

Editorial kelompok tersebut menegaskan bahwa umat Islam harus menolak nasionalisme, kembali berpegang pada Islam, dan bertumpu pada Ummah (komunitas Islam global). “Muslim Libya peduli terhadap penderitaan Muslim Sudan, sebagaimana Muslim Chechnya peduli terhadap penderitaan Muslim Suriah, dan Muslim Nigeria bersedih atas luka saudaranya di Irak […] inilah Islam yang kami kenal,” tulis Al Naba.

Lebih lanjut, tulisan itu menegaskan, “Persatuan Islam inilah yang membuat seorang Muslim bangkit atas penderitaan saudaranya di mana pun ia berada — di Burma, Gaza, atau Sudan — dan hal itu hanya dapat terwujud dengan menghancurkan segala penghalang dan batas-batas yang menghalanginya.”

Dengan demikian, ISIS menyatakan bahwa waktu untuk berjihad di Sudan telah tiba. “Menjadi kewajiban bagi umat Islam, khususnya para pemuda Islam di Mesir dan Libya, untuk berjuang membebaskan diri dari belenggu tanah air mereka dan mengambil langkah nyata untuk menolong saudara-saudara mereka di Sudan,” tulis editorial itu.

ISIS melanjutkan, “Mereka [para pejuang dari Mesir dan Libya] harus memanfaatkan situasi yang kacau dan terbuka ini untuk membuka jalan bagi jihad jangka panjang. […] Sudan adalah tanah yang subur, jika api jihad menyala di sana, dampaknya akan sangat besar bagi seluruh kawasan.” Editorial itu juga menegaskan bahwa jihad di Sudan akan membantu mengusir campur tangan asing dari negara tersebut.

Penyebutan khusus terhadap para pejuang asing dari Mesir dan Libya kemungkinan disebabkan oleh faktor kedekatan geografis dengan Sudan, dan karena jaringan ISIS di Sudan sebelumnya telah membantu kelompok ISIS di kedua negara itu. Dengan demikian, pimpinan ISIS kini meminta para pejuang itu “membalas budi” dengan membantu perjuangan di Sudan.

“Maka sembuhkanlah luka-luka kalian dengan tauhid dan jihad, tanggalkan pakaian nasionalisme, dan ikutilah jejak kenabian,” tutup tajuk tersebut.

Seruan Kedua untuk Jihad Tahun Ini

Editorial pekan ini merupakan kali kedua tahun 2025 ISIS menyerukan jihad di Sudan. Pada Januari lalu, Al Naba juga memuat editorial yang secara eksplisit menyerukan kejatuhan baik RSF maupun Sudanese Armed Forces (SAF), serta para pemimpin keduanya, yakni Mohamed Hamdan Dagalo (dikenal sebagai Hemedti) dan Abdel Fattah al-Burhan.

Baik RSF maupun SAF dulunya merupakan instrumen kekuasaan di bawah rezim diktator Omar al-Bashir. Setelah Bashir digulingkan pada awal 2019, Sudan dipimpin oleh pemerintahan transisi gabungan sipil-militer hingga Oktober 2021, ketika SAF menggulingkan semua elemen sipil dan menyatakan pemerintahan militer. Sejak saat itu, SAF dan RSF bersaing memperebutkan kekuasaan hingga akhirnya pecah perang terbuka pada April 2023.

Kedua pihak — SAF dan RSF — telah dituduh melakukan kekejaman massal dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia sejak perang saudara pecah. Awal pekan ini, RSF yang dipersenjatai dan didanai besar-besaran oleh UEA berhasil merebut kota strategis El Fasher, ibu kota Darfur Utara. Sejak itu, beredar video yang menunjukkan pasukan RSF secara sengaja menewaskan warga sipil — kekejaman yang begitu besar hingga terlihat dari citra satelit.

Editorial ISIS pada Januari lalu secara gamblang menyebut bahwa “[Abdel Fattah] al-Burhan dan [Mohamed Hamdan Dagalo] Hemedti adalah musuh Islam, oleh karena itu mereka harus dilawan, tidak dipercaya, dan tidak boleh diandalkan, apa pun hasil perang di antara mereka.”

Namun, seruan sebelumnya lebih diarahkan kepada Muslim Sudan sendiri. Misalnya, salah satu bagian menulis, “Ini adalah pesan kepada para pemuda Muslim dan mujahidin di dalam Sudan agar bekerja keras memanfaatkan situasi ini demi kepentingan jihad, baik melalui perekrutan maupun persiapan, guna membentuk inti kekuatan yang dapat menghadapi bahaya jangka pendek dan mendirikan jihad jangka panjang.”

Karena sejak seruan pertama itu tidak banyak perkembangan berarti terkait keberadaan ISIS di Sudan, kemungkinan besar ajakan tersebut tidak banyak direspons oleh Muslim Sudan. Karena itu, ISIS kini tampaknya mengalihkan fokus dengan mendorong pejuang asing untuk memulai jihad di Sudan.

Jihadisme di Sudan

Meski ISIS baru tahun ini secara terbuka menyerukan jihad di Sudan, kelompok itu sebenarnya telah lama beroperasi diam-diam di negara tersebut melalui sebuah sel khusus setidaknya sejak 2019 — bahkan para perekrut dan fasilitatornya sudah aktif sebelumnya. Misalnya, pada masa puncak kekuasaan ISIS di Libya tahun 2016, pejuang Sudan merupakan salah satu komponen asing terbesar di sana.

Pemerintah Sudan sempat berupaya membasmi jaringan kecil ini dengan beberapa kali mengumumkan penggerebekan dan penangkapan anggota ISIS, seperti pada September dan Oktober 2021 ketika lebih dari selusin anggota ditangkap dan beberapa lainnya tewas dalam operasi di Khartoum.

Namun demikian, jaringan ISIS di Sudan tetap bertahan. Saat ini jaringan itu belum tampak sebagai unit yang melakukan serangan langsung, melainkan berfungsi sebagai pusat keuangan, pengadaan, dan logistik yang mendukung sayap ISIS lainnya.

Tim Pemantau dan Sanksi PBB telah beberapa kali melaporkan keberadaan jaringan ini. Dalam laporan Juli 2023, disebutkan bahwa jaringan ISIS di Sudan memiliki sekitar 100 hingga 200 orang anggota dan dipimpin oleh seorang veteran Irak bernama Abu Bakr al-Iraqi, yang merupakan kerabat darah dari mantan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

Di bawah kepemimpinan al-Iraqi, jaringan itu digambarkan sebagai “basis logistik dan keuangan […] tempat kegiatan transit dan investasi berlangsung.” Laporan itu juga menyebut bahwa al-Iraqi menjalankan berbagai bisnis di Sudan dan Turki, dan keuntungan dari bisnis tersebut digunakan untuk mendanai operasi ISIS di seluruh Afrika, terutama di wilayah Afrika Barat dan Sahel.

Meskipun laporan PBB tidak menyebut secara eksplisit, kemungkinan besar sel Sudan juga membantu mendukung ISIS di Somalia, karena pejuang Sudan tercatat sebagai salah satu komponen asing yang signifikan di kelompok tersebut. Jaringan ISIS di Sudan kemungkinan juga membantu cabang-cabang lain di Afrika, meski dukungan ini belum sepenuhnya jelas.

Hingga kini, belum banyak informasi lain yang diketahui mengenai aktivitas ISIS di Sudan. Namun, dengan adanya seruan jihad terbuka di negara itu, jaringan tersebut mungkin akan beralih dari peran pendukung menjadi unit operasional atau penyerang.

ISIS tampaknya sudah memiliki “kerangka dasar” yang dapat dikembangkan menjadi semacam “provinsi baru” dalam struktur organisasinya. Namun, apakah ISIS merasa cukup percaya diri untuk melancarkan perang terbuka di Sudan masih menjadi pertanyaan besar. Sejak seruan pertama pada Januari lalu, belum ada hasil nyata yang terlihat bagi kelompok tersebut di Sudan.

Sementara itu, rivalnya — Al-Qaidah — juga telah mencoba menyalakan jihad di Sudan. Pada Oktober 2022, seorang veteran Al-Qaidah bernama Abu Hudzayfah al-Sudani menerbitkan sebuah buku panduan yang menyerukan jihad, lengkap dengan panduan bagi calon mujahidin untuk membentuk kelompok bersatu di tanah kelahirannya, Sudan.

Hingga kini, tidak ada tanda-tanda bahwa seruan Al-Qaidah tersebut membuahkan hasil secara terbuka. Namun, kelompok itu dikenal beroperasi lebih tersembunyi dibandingkan ISIS, sehingga kemungkinan masih ada sel-sel rahasia yang aktif.

Perlu dicatat pula bahwa sejumlah kelompok Islamis telah berperang di pihak SAF, termasuk Batalion Al Baraa bin Malik dan kelompok-kelompok lain di bawah payung “Perlawanan Populer” yang berada di bawah pengawasan militer Sudan. Sejak perang saudara pecah, banyak jihadis dan tokoh Islamis juga dibebaskan melalui aksi pembobolan penjara.

Al-Qaidah memiliki sejarah yang lebih panjang di Sudan dibandingkan ISIS. Kelompok itu pernah bermarkas di negara tersebut pada awal 1990-an dan selama bertahun-tahun mempertahankan sejumlah sel di sana, termasuk di kawasan Salamah (pinggiran Khartoum) pada 2007, di Taman Nasional Dinder pada 2012, serta organisasi Ansar al-Tawhid dan Al Qaeda di Negeri Dua Sungai pada akhir 2000-an hingga awal 2010-an.

Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas Al Qaeda di Sudan tidak terlalu menonjol. Namun, sebagaimana ditegaskan dalam buku Abu Hudzayfah al-Sudani, jelas bahwa kelompok itu masih berkeinginan untuk kembali aktif. Apakah mereka akan melakukan upaya publik yang lebih besar sebagai tanggapan atas seruan ISIS masih belum diketahui.

Bagaimanapun, kedua organisasi jihad global itu saat ini sama-sama kesulitan memobilisasi kekuatan bersenjata secara nyata di medan konflik Sudan. Efektivitas upaya ISIS untuk menarik pejuang asing pun masih perlu diuji.

Kini, kedua kelompok jihad global itu telah secara terbuka menyerukan jihad di Sudan, dan ISIS diketahui sudah memiliki jaringan aktif di dalam negeri. Seiring perang saudara Sudan yang terus berlarut dan menimbulkan kekacauan serta kekejaman baru, kelompok-kelompok jihad ini mungkin akan menemukan lebih banyak peluang untuk menempelkan diri pada peristiwa yang terjadi dan melompat ke tengah konflik. (TLWJ/Ab)

Caleb Weiss adalah editor Long War Journal FDD dan analis senior di Bridgeway Foundation, tempat ia berfokus pada penyebaran ISIS di Afrika Tengah.

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Islamic World News lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X