Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
6.102 views

Selamatkan Bumi, Selamatkan Kehidupan

INI sudah peringatan Hari Bumi (22/4) yang kesekian kali. Misi menyelamatkan bumi seolah masih berjalan di tempat.  Direktur Wahana lingkungan hidup (Walhi), Nur Hidayati menyoroti masalah sampah plastik. “Sampah bukan hanya masalah individu, tetapi juga dampak dari model ekonomi kita.  Model ekonomi yang berkembang saat ini adalah gaya hidup instan sehingga penggunaan plastik semakin tinggi,” kata dia dalam sebuah diskusi “Dari Kartini untuk Ibu Pertiwi” di Jakarta, Senin (22/4) (antaranews.com, 22/4).

Tak salah apa yang diungkapkan oleh Walhi ini.  Sampah plastik telah menjadi masalah klasik yang belum juga mampu dituntaskan hingga kini. Masalah yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.  Tidak hanya mencemari daratan, namun hingga ke lautan.

Plastik sebenarnya merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel tahan kelembapan, kuat dan relatif  murah.  Karena itulah dia dproduksi untuk berbagai kegunaan, demi memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum. Sayang, dengan karakter dasarnya ini, masyarakat kurang menyadari ada dampak negatif yang bisa menghantui masa depan bumi.  Karena dia tak bisa terurai dengan mudah, perlu puluhan atau ratusan tahun.  Dampak dan bahaya sampah plastik antara lain : beracun, mengganggu rantai makanan, pencemaran tanah dan air tanah, menyebabkan polusi udara, membunuh hewan, dan biaya penanggulangan yang mahal.

Pencemaran plastik di dunia

Bahaya sampah plastik berupa zat aditif beracun (pewarna, bahan baku seperti bisphenol A (BPA)), telah menggugah kesadarn publik agar memproduksi dan konsumsi produk yang ramah lingkungan.  Apalagi kalau mencermati  bahwa kota-kota di dunia hari ini menghasilkan 1,3 miliar ton setiap tahun.  Bahkan Bank Dunia memperkirakan jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025.  Angka yang menegaskan kecendrungan volume yang fantastis memang.

Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), antara 22 persen  hingga 43 persen plastik yang digunakan di seluruh dunia dibuang ke tempat pembuangan sampah.  Dan sebagian besar potongan plastik dari Amerika Serikat, Eropa, dan negara lain dikumpulkan untuk dikirim ke Cina. Negri tirai bambu ini menerima sekitar 56 persen impor sampah plastik dari seluruh dunia, untuk di-recycle.  Pengolahan dilakukan dengan teknologi rendah, tanpa kontrol perlindungan lingkungan yang cukup, seperti pembuangan air limbah. (lingkunganhidup.co, 8/9/2016).

Tak terkecuali di lautan, sekitar 10 -20 juta ton sampah plastik mencemari lautan setiap tahun. Sebuah studi mengatakan sekitar 5 triliyun partikel plastik dengan berat total 268.940 ton mengambang di permukaan laut.  Semua telah mengakibatkan kerugian sekitar 13 miliyar dolar setiap tahun, mulai dari kerusakan ekosistem laut hingga wisata alam.  Fakta kematian burung laut, paus dan lumba-lumba  akibat termakan atau terjerat sampah plastik sering sekali menghiasi pemberitaan akhir-akhir ini.

Seperti kasus tahun lalu, ditemukan seekor paus  sperma mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara.  Hewan ini telah menelan hampir 6 kilogram plastik dan sandal jepit.  Lembaga WWF dalam cuitannya terkait kasus ini merinci apa yang ditemukan pada bangkai paus tersebut. "5,9 kg sampah plastik ditemukan di dalam perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi oleh tali rafia (3,26 kg) dan gelas plastik (115 pcs, 750 gr)." (kompas.com, 20/11/2018). Miris.

Sedangkan di Indonesia, tidak ditemukan data  akurat soal pencemaran sampah plastik. Dikutip dari geotimes, jumlah total sampah di Indonesia diperkirakan mencapai 175.000 ton/hari per orang atau sekitar 67 juta ton per tahun. Sebagian besar sampah tersebut adalah jenis plastik. Bahkan menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah plastik dari 100 toko/gerai anggota APRINDO selama 1 tahun sekitar 10,95 juta lembar bisa menutupi 60 kali luas lapangan bola!

Sampah plastik yang sempat jadi pembicaraan para pemerhati lingkungan selain kresek adalah sampah popok sekali pakai. Karena ibu-ibu jaman now lebih senang memakaikan diapers kepada bayi dan anak mereka, yang belum bisa atau belum dilatih toilet training. Diapers mengandung 55 persen bahan plastik, sisanya gel penyerap air dan bahan lainnya. Jika pembuangannya tanpa pengolahan secara baik, akan berujung mencemari perairan (sungai).  Karena sampah popok sekali pakai biasanya mengandung bakteri E-coli dan tentu saja plastik yang sulit terurai. Menurut Brigade  Evakuasi Popok (BEP), di Sungai Berantas (Jawa Timur) ada 37 persen dari semua sampah adalah sampah diapers bekas.  Ini setara dengan 1,5 juta sampah popok bekas pakai setiap harinya. Kasus serupa juga ditemui pada sungai-sungai yang lain di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. (hipwee.com, 25/9/2018). Ini salah satu gambaran gaya hidup masyarakat, terutama kaum ibu di sistem kapitalis yang suka instan. Abai akan dampak di masa depan.

Kapitalisme Membinasakan Kehidupan

Saat ini berkembang cara pandang yang berkutat pada hilir masalah terkait  problem lingkungan dan sampah plastik. Bahkan terkesan dangkal kepeduliannya terhadap ekologi (shallow ecology).  Apa maksudnya?  Misalnya pandangan yang mengatakan bahwa penggunalah yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, bukan mempersoalkan aspek hulu (produsen) yang  justu punya andil besar.

Mengabaikan para produsen yang tak pernah berhenti memproduksi barang konsumsi berbahan plastik, membuat penyelesaian masalah ini menjadi sulit.  Mengapa? Karena dalam sistem ekonomi kapitalis yang eksplotatif, mengejar laba dan keuntungn besar adalah sebuah keharusan. Sehingga jelas saja produsen dan kalangan industri di dunia ini akan berpikir bagaimana meningkatkan keuntungan  dengan terus berproduksi dengan modal yang irit, dan menjual dalam jumlah yang banyak. Yang seringkali diabaikan adalah persoalan limbah dari proses produksi dan limbah pasca pemakaian oleh konsumen. Jadi kalau cuma menghimbau para konsumen untuk membuang sampah pada tempatnya, atau mengganti kresek dengan kertas atau plastik ramah lingkungan, tentu tak seketika menyelesaikan masalah sampah plastik. Apalagi cuma recycle atau daur ulang, ini tak menjamin solusi tuntas.

Kita pun juga harus tau bahwa masalah pencemaran dan kerusakan ekosistem di  muka bumi bukan melulu soal sampah plastik.  Di era industrialisasi abad 21 ini, telah mendorong negara-negara untuk mengekspansi pembangkit energinya. Karena energi sangat dibutuhkan untuk menjalankan industri-industri, bahkan mesin perang mereka. Misal energi listrik, hari ini masih sangat tergantung dengan batubara sebagai sumber energi primer. Pembangkit di Cina, India, Polandia, Indonesia, termasuk negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika serikat, masih belum bisa meninggalkan ketergantungan akan emas hitam ini. Karena memang jumlahnya berlimpah, dan diasumsikan bermodal rendah.

Sudah banyak diketahui bahwa tambang batubara adalah tambang terkotor dan memilik dampak lingkungan yang buruk. Namun tetap saja para kapital yang haus akan keuntungan besar menambangnya untuk kepentingan komersial. Namun tak perduli terkait pengelolaan limbahnya, karena akan menyedot biaya yang sangat besar.  Akhirnya tailing dibuang langsung tanpa menperhatikan AMDAL. Semua berujung pada pencemaran lingkungan yang berefek pada masalah kesehatan dan rusaknya kehidupan di sekitar tambang. Termasuk merusak kawasan hutan. Seperti yang terjadi di hutan Pegunungan Meratus di Kalimantan.

Lebih parah lagi sebagai energi fosil maka batubara melepaskan CO2 ke udara ketika dibakar. Intergoverment Panel on Climate Change (IPCC) mengeluarkan pernyataan bahwa batubara yang dihaluskan melepaskan emisi CO2 spesifik sebesar 820 gr/kWh. Sedangkan rerata di dunia melepaskan 1,1 kg CO2/kWh  dari PLTU ke atmosfer.  Ini angka emisi tertinggi dibanding gas alam, panas bumi, dsb. Sehingga emas hitam dituding sebagai driver utama perubahan iklim. (R.Andika Putra Dwijayanto, S.T (nuclear engineer) /2019).

Sayangnya, negara dalam sistem Demokrasi-Kapitalis tak punya taring untuk memaksa para produsen berhenti  atau mengurangi segala hal yang akan merusak “kesehatan” dan keindahan bumi.  Karena negara kadang dikuasai mereka dengan menjadi pemodal dalam kontestasi pemilu.  Bahkan bisa jadi pengusaha atau kapital itu sendiri yang terjun dalam kontestasi untuk jadi penguasa.  Kalau sudah begini. apa yang bisa dilakukan pegiat LSM pemerhati lingkungan dan masyarakat umum ? Yang paling mungkin diajukan adalah kitikan pedas dan himbauan, yang kita tak tau kapan akan diwujudkan penguasa. Sungguh utopis menyelamatkan bumi kalau Kapitalisme masih bercokol di dunia ini. 

Allah SWT telah memperingatkan, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada  mereka  sebagian dari perbuatan  mereka, agar mereka kembali.” (TQS. AR-Ruum: 41).

Sungguh kita butuh sistem alternatif, untuk mampu mengemban misi penyelamatan bumi. Karena penerapan ideologi kapitalis yang dipaksakan di seluruh negri-negri muslim, bahkan diterapkan dengan senang hati di dunia Barat hanya akan membinaskan kehidupan manusia. Harusnya negara hadir dan bersungguh-sungguh mengatur pengelolaan segala energi atau bagaimana industri barang konsumsi bisa ramah lingkungan. Segala kepemilikan umum harus dikelola negara sesuai aturan Allah, dan hasilnya bisa dinikmati rakyat. Kalau perlu dioptimalkan energi yang ramah lingkungan, seperti energi nuklir. Sedangkan terkait limbah dan sampah, negara Islam bertanggung jawab agar bisa diolah dengan teknologi tinggi. Tentu dengan kecanggihan IpTek, tenaga ahli dan dana yang mencukupi dari Baitul Mal, kemampuan negara berbasis aqidah  Islam tak boleh diragukan. Sebagaimana tercatat dalam sejarah keemasan peradaban kaum muslimin di beberapa abad yang lalu, di bawah kekhilafahan Islam.

Negara pun juga wajib menyuburkan life style yang Islamy pada masyarakat, dengan edukasi, pengaturan dan pemberian sanksi Ta’zir yang tegas bagi pelaku perusak alam. Walau hanya karena membuang kresek atau diapers sembarangan.  Ta’zir ini bisa berupa denda, cambuk, penjara bahkan hukuman mati, tergantung tingkat bahaya dan kerugian yang ditimbulkan. Intinya, dengan adanya ta’zir akan menimbulkan efek jera agar kejahatan perusakan ekosistem tidak terjadi lagi.  Nabi SAW pun telah bersabda :  “Kebersihan merupakan salah satu bagian dari iman.” (HR Muslim). Dan sesungguhnya bumi ini milik Allah, tak layak kita merusaknya dengan prilaku buruk atau bahkan dengan menerapkan sistem buatan manusia seperti saat ini. Maka tak ada solusi lebih baik yang akan menyelesaikan persoalan lingkungn mulai dari hulu ke hilir, kecuali dengan Islam. Wallhu’alam.

Mila Ummu Nadhira
Pegiat dakwah Komunitas Muslimah Lit-Taghyir

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Citizens Jurnalism lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X