Jum'at, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Januari 2010 17:20 wib
41.978 views
Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman Wajib Diyakini
Kalau zaman sekarang ini banyak muncul syubhat (kerancuan) seputar masalah-masalah aqidah dalam ajaran Islam melalui penyelewengan terhadap makna dan maksud ayat Al Qur'an jangan heran. Karena, jauh-jauh hari Amirul Mukminin, Umar Ibnul Khaththab radliyallah 'anhu telah mensinyalir akan hadirnya para pengikut hawa nafsu ini. Karenanya, beliau memberikan saran untuk menghadapi dan melawannya, yaitu dengan menggunakan as Sunnah sebagai metode untuk memahami Al Qur'an.
Beliau radliyallah 'anhu berkata, "orang-orang akan datang mendebat kalian dengan syubhat (kerancuan) dari Al Qur’an, maka bantahlah mereka dengan as Sunnah. Karena pengikut as Sunnah lebih mengetahui tentang Kitabullah." (HR. Imam al Lalikai dalam Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah)
Termasuk dalam permasalahan ini adalah syubhat tentang turunnya kembali Nabi Isa 'alaihis salam ke dunia. Ada sebagian orang yang meyakini Nabi Isa sudah mati dan tidak akan kembali lagi ke dunia. Sekali lagi mereka dalam menetapkan keyakinan batil tersebut juga mendasarkan pada Al Qur'an. Namun, mereka memahaminya sesuai dengan selera nafsu dan kedangkalan ilmu mereka.
Ada yang berhujjah bahwa Al Qur'an sendiri menyatakan Nabi Isa telah mati dengan berlandasakan Innii Mutawaffika, kalimat beliau diangkat hanya makna kiasan, atau menyatakan hadits-hadits tentang itu masuk kategori hadits Ahad sehingga tidak bisa dijadikan pegangan dalam masalah aqidah.
Ada juga yang menolak keyakinan ini dengan beralasan karena paham ini sesuai dengan paham kristen, sebagaimana yang dipahami Ibu Irene Handono (mantan biarawati yang dikaruniai hidayah oleh Allah untuk memeluk agama Islam). Menurut keyakinannya, Nabi Isa telah wafat dan tidak turun sebagai pertanda besar hari kiamat.
Dari telusur Google, berikut ini adalah cuplikan keyakinan beliau mengenai turunnya Nabi Isa 'alahissalam.
Kepercayaan bahwa Isa Al Masih akan kembali ke dunia, untuk menjadi hakim atas kesalahan umatnya adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bibel, yaitu Wahyu 19:11-12 dan 20:4-10.
Mengacu kembali akan ketidak benaran konsep kenaikan Isa Al Masih ke dunia yang juga tertolak. Marilah kita simak penjelasan Al-Qur'an surat Al-Maidah/5:117: "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di tengah-tengah rnereka, tetapi setelah Engkau mewafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya."
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa a.s adalah pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui (selama beliau hidup diantara mereka/bani Israel); kedua, beliau diwafatkan Allah; ketiga, Allahlah, penguasa hari akhir zaman, satu-satunya hakim. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam At-Tin/95:8; "Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya."
Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih yang di langit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan? Kalau umat Islam mengakui Isa Al Masih sebagai hakim di akhir zaman berarti umat Islam meyakini Isa Al Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.
Dengan penjelasan seperti yang telah saya sampaikan pada buku ini, kiranya umat Islam tidak perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al Masih. Sebab sudah jelas bahwa doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Manhaj Ahlus Sunnah tentang turunnya Nabi Isa
Ahlus Sunnah mengimani tentang turunnya Nabi Isa 'alaihissalam di akhir zaman setelah keluarnya Dajjal dan terjadinya kerusakan di muka Bumi. Beliau akan turun di Menara Putih sebelah Timur kota Damaskus Syam di tengah-tengah golongan yang selamat (ath Thaaifah al Manshurah) yang berperang dan berkumpul di jalan yang haq melawan Dajjal dan bala tentaranya. Hal ini dijelaskan dengan apik dalam Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa 'ah, Bab DzikrAd-Dajjal no. 2937.
Keyakinan aqidah turunnya Nabi Isa ini didasarkan pada beberapa nash dari Al Qur'an dan hadits berikut ini:
Dalil-dalil dari Al Qur'an
1. Firman Allah Ta'ala:
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُوْنَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar adalah tanda bagi hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 59-61)
Pada ayat terakhir disebutkan : wa innahu la-’ilmul-lis-saa’ah (Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat), yaitu turunnya Nabi ’Isa ’alaihis-salaam sebelum hari kiamat merupakan pertanda dekatnya hari kiamat. Apalagi hal itu diperkuat dengan qira’at (bacaan) lain dari Ibnu ’Abbas dan yang lainnya terhadap ayat tersebut: وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ yang berarti ’alaamah (alamat) dan amaarah (tanda) telah dekatnya hari kiamat.
Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya membawakan riwayat sebagai berikut : Telah menceritakan kepada Ibnu Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ’Abdurrahman, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Raziin, dari Abu Yahya, dari Ibnu ’Abbas radliyallaahu ’anhuma, : وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ; beliau berkata: "yaitu keluarnya (turunnya) Isa bin Maryam." (Tafsir Ath-Thabari 25/90)
2. Firman Allah Ta’ala:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (QS. An Nisa': 157-159)
Ayat di atas secara jelas menyatakan bahwa yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi bukanlah Nabi ’Isa ’alaihis-salaam, akan tetapi orang yang diserupakan dengannya. Ia tidaklah mati, namun Allah telah mengangkatnya ke langit sebagaimana hal itu juga ditegaskan dalam ayat yang lain :
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya." (QS. Ali Imran: 55)
Jika ada orang yang mengatakan Nabi Isa telah wafat, berarti ia menyalahi realitas dan dzahir ayat. Pada kenyataannya, orang Nashrani tidak sampai saat ini tidak beriman kepada ajaran ketauhidan Nabi Isa 'alaihis-salam. Bahkan mereka meyakini Trinitas yang kufur.
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun." (QS. Al Maidah: 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." (QS. Al Maidah: 73)
Berimannya Ahlul-Kitab pada ajaran ketauhidan Nabi ’Isa ’alaihis-salaam hanya terjadi kelak di akhir zaman. Hal itu ditunjukkan bahwa ayat menggunakan fi’il mudlari’ (future tense; yaitu kalimat : layu’minanna bihi ”akan beriman kepadanya”).
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
"Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya sungguh akan turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai Hakim yang Adil, Dia mematahkan salib, dan membunuh babi, dan menolak jizyah dan tidak menerimanya dari orang kafir, harta melimpah ruah sehingga tak seorangpun menerima (shadaqah atau zakat), sehingga satu sujud lebih baik dari dunia seisinya."
Kemudian Abu Hurairah berkata, "jika kalian mau bacalah ayat Allah, artinya: "Tidak seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil dari as Sunnah
1. Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana keadaanmu jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu adalah orang yang berasal darimu sendiri.”(HR. Al-Bukharidan Muslim)
2. Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
"Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya sungguh akan turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai Hakim yang Adil, Dia mematahkan salib, dan membunuh babi, dan menolak jizyah dan tidak menerimanya dari orang kafir, harta melimpah ruah sehingga tak seorangpun menerima (shadaqah atau zakat), sehingga satu sujud lebih baik dari dunia seisinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dari Nawwas bin Sam’an radliyallaahu ’anhu, bahwasannya ketika menyebutkan fitnah di akhir jaman Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
. . . فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلَا يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلَّا مَاتَ . . .
”....Sementara ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Al-Masih bin Maryam. Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, menggunakan dua potong pakaian warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat. Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara. Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati....” [HR. Muslim Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya)
Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, menggunakan dua potong pakaian warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat.
Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara.
Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati
4. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ
“Dajjal akan keluar di tengah umatku dan tinggal selama empat puluh. (Perawi berkata : “Aku tidak tahu apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun”). Kemudian Allah mengutus ‘Isa bin Maryam yang mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud, lalu ia mencarinya (Dajjal) dan membunuhnya. Kemudian manusia hidup selama tujuhpuluh tahun tanpa permusuhan satu dengan yang lainnya...” (HR. Muslim dan Ahmad).
5. Dari Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda :
ثُمَّ يَجِيءُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَام مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ مُصَدِّقًا بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّتِهِ فَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ ثُمَّ إِنَّمَا هُوَ قِيَامُ السَّاعَةِ
“Kemudian datanglah ‘Isa bin Maryam ‘alaihimas-salaam dari arah barat untuk membenarkan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan di atas syariatnyalah Isa membunuh Dajjal kemudian akan terjadi hari kiamat.” (HR. Ahmad. Berkata Hamzah Az-Zain (15/135) : “Isnadnya shahih"). Dan hadits-hadits lainnya yang cukup banyak.
Sesungguhnya, hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman dibawakan oleh banyak shahabat. Selain 4 (empat) orang shahabat yang telah disebutkan, terdapat beberapa shahabat lain yang membawakan hadits turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam diantaranya : Jabir bin ‘Abdillah, Abu Umamah Al-Bahiliy, ‘Abdullah bin ‘Umar, Mujammi’ bin Jariyyah, ‘Aisyah binti Abi Bakr, Hudzaifah bin Asid, ‘Utsman bin Abil-‘Ash, Hudzaifah bin Yaman, Anas bin Malik, ‘Abdullah bin Mughaffal, Safinah, Abu Bakrah, dan yang lainnya radliyallaahu 'anhum ajma'in. Secara keseluruhan, hadits tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam mencapai derajat mutawatir (ma’nawy).
Sesungguhnya, hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman mencapai derajat mutawatir (ma’nawy).
Ibnu Katsir rahimahullah menegaskan :
وقد تواترت الأحاديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أخبر بنزول عيسى [بن مريم] - عليه السلام - قبل يوم القيامة إماماً عادلاً وحكماً مقسطاً
“Terdapat hadits-hadits mutawatir dari Rasululah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang memberitahukan tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam sebelum hari Kiamat sebagai pemimpin dan penguasa yang ‘adil” (Tafsir Ibni Katsir 13/323 – Cet. 1/Muassasah Qurthubah).
Ibnu Hajar menukil perkataan Abul-Hasan Al-Khusa’i Al-Abadiy dalam Manaqibusy-Syafi’iy :
تواترت الأخبار بأن المهدي من هذه الأمة وأن عيسى يصلي خلفه
“Telah mutawatir khabar-khabar bahwasannya Al-Mahdi termasuk dari kalangan umat ini (yaitu umat Islam) dan bahwasannya ‘Isa bin Maryam shalat di belakangnya” (Fathul-Bari 6/493-494).
Dalil Ijma’
Al-Isfirayini mengatakan : “Umat Islam ijma’ atas turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam dan tidak ada seorang pun di antara ulama syari’ah yang berbeda pendapat. Yang mengingkari keyakinan ini hanyalah para filosof dan orang-orang yang tidak beriman, sedang pendapat mereka itu tidak berlaku dan tidak mempunyai kekuatan dalam syari’at. Umat Islam sepakat bahwa ‘Isa ‘alaihis-salaam akan turun dan melaksanakan syari’at Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, bukan turun dengan membawa syari’at tersendiri dari langit, walaupun ia tetap berpredikat sebagai Nabi” (Lawaami’ul-Anwar Al-Bahiyyah 2/94-95).
Umat Islam ijma’ atas turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam dan tidak ada seorang pun di antara ulama syari’ah yang berbeda pendapat. . . .
Abu Hayyan berkata : “Umat Islam sepakat bahwa ‘Isa ’alaihis-salaam masih hidup di langit dan seterusnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” (Hamisy Al-Bahrul-Muhith 2/473).
(PurWD/voa-islam.com/dari berbagai sumber)
Baca Tulisan Terkait:
Prinsip Islam (25)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!