Sabtu, 20 Rabiul Awwal 1447 H / 13 September 2025 13:49 wib
335 views
Ditawari Hidup Kekal di Dunia & Kaya Raya: Inilah Pilihan Rasulullah SAW
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dna para sahabatnya.
Dunia sering kali mempesona manusia. Harta, tahta, dan panjang umur menjadi impian yang dikejar banyak orang. Tidak sedikit manusia yang rela mengorbankan nilai iman demi ambisi dunia yang fana. Namun, pernahkah kita merenungkan bagaimana sikap manusia termulia, Rasulullah ﷺ, ketika tawaran kekekalan hidup di dunia dan kekayaan tanpa batas benar-benar datang kepadanya?
Di saat-saat akhir kehidupannya, Rasulullah ﷺ mendapatkan pilihan yang tidak pernah diberikan kepada manusia lain: hidup kekal di dunia dengan segala perbendaharaan harta, lalu masuk surga, atau meninggalkan dunia untuk segera bertemu Allah dan surga-Nya?
Isyarat Akan Pergi
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan sabda Nabi ﷺ saat beliau masih sehat bugar:
إنَّه لم يُقبض نبيٌّ حتى يرى مقعدَه من الجنة، ثم يُخَيَّر
“Tidaklah seorang Nabi dicabut nyawanya, kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga, kemudian ia diberi pilihan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi pertanda bahwa Rasulullah ﷺ telah mengetahui dekatnya ajal beliau. Pilihan yang Allah berikan adalah bukti kemuliaan seorang Nabi: antara dunia atau akhirat.
Ziarah ke Baqi’ di Malam Hari dan Tawaran Kekal di Dunia
Suatu malam, Rasulullah ﷺ memanggil Abu Muwayhibah, seorang sahabat beliau. Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai Abu Muwayhibah, aku diperintahkan untuk memintakan ampun bagi ahli Baqi’. Maka pergilah bersamaku."
Mereka pun menuju pemakaman Baqi’. Di sana, Rasulullah ﷺ memberi salam kepada penghuni kubur, lalu bersabda, "Telah datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita, satu demi satu, yang akhir lebih dahsyat dari yang pertama.”
Beliau melanjutkan,
يَا أَبَا مُوَيْهِبَةَ، هَلْ عَلِمْتَ أَنِّي قَدْ أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الدُّنْيَا، وَالْخُلْدِ فِيهَا، ثُمَّ الْجَنَّةِ خُيِّرْتُ بَيْنَ ذَلِكَ، وَبَيْنَ لِقَاءِ رَبِّي وَالْجَنَّةِ
Wahai Abu Muwayhibah, sesungguhnya aku diberi pilihan untuk diberi kunci-kunci perbendaharaan dunia, kekal di dalamnya, lalu surga”
Abu Muwaihibah berkata: demi bapak dan ibuku (sebagai tebusan) bagimu, ambillah kunci-kunci perbendaharaan dunia, kekal di dalamnya, kemudian (setelah itu) surga.
Rasulullah ﷺ menjawab,
لَا وَاللهِ يَا أَبَا مُوَيْهِبَةَ، لَقَدِ اخْتَرْتُ لِقَاءَ رَبِّي وَالْجَنَّةَ
“Tidak, demi Allah, wahai Abu Muwaihibah, sungguh aku lebih memilih bertemu tuhanku dan surga.” Kemudian Nabi ﷺ memintakan ampunan untuk ahli Baqi’. Lalu pulang. Dari situ, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mulai merasakan sakit sampai meninggal dunia.
Subhanallah… tawaran kekal di dunia dan kaya raya tidaklah menggoda hati Rasulullah ﷺ. Beliau memilih kerinduan tertinggi: bertemu Allah Ta’ala dan meraih kenikmatan di sisi-Nya.
Khutbah Terakhir dan Isyarat yang Menggetarkan
Lima hari sebelum wafatnya, Rasulullah ﷺ kembali menyampaikan isyarat pilihan itu kepada para sahabat dalam khutbahnya:
إنَّ عبدًا خيَّره اللهُ بيْنَ أنْ يُؤتيَه مِن زَهرةِ الدُّنيا ما شاء وبيْنَ ما عندَه فاختار ما عندَه
"Sesungguhnya ada seorang hamba, yang diberi pilihan oleh Allah antara dunia dengan segala perhiasannya, atau apa yang ada di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah."
Para sahabat saat itu belum memahami, kecuali Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Beliau menangis karena menyadari “hamba” yang dimaksud adalah Rasulullah ﷺ sendiri.
Detik-detik Sakaratul Maut Rasulullah
Ketika ajal semakin dekat, Rasulullah ﷺ berada di pangkuan istri tercinta, ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha Beliau mengangkat pandangan ke langit, lalu bersabda dengan penuh ketenangan:
اللهمَّ الرَّفِيقَ الأعلى
"Allahumma ar-Rafīq al-A‘lā (Ya Allah, bersama Ar-Rafīq al-A‘lā – Kekasih yang Tertinggi)."
‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha pun berkata: “Saat itu aku tahu, beliau tidak akan memilih kami. Dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan adalah: ‘Allahumma ar-Rafīq al-A‘lā’.”
[Baca: 12 Rabi'ul Awal Rasulullah Wafat]
Hikmah yang Mendalam
Dunia dengan segala kemegahannya hanyalah bayangan yang cepat berlalu. Bahkan ketika ditawarkan kekekalan, Rasulullah ﷺ tetap memilih pertemuan dengan Allah dan kenikmatan abadi di surga.
Pelajaran yang mendalam bagi kita:
- Kecintaan Rasulullah ﷺ kepada Allah melebihi segalanya. Beliau menolak tawaran dunia, meskipun penuh dengan kekayaan dan umur panjang.
- Dunia bukan tujuan. Bahkan bila dunia ditawarkan dengan segala perhiasannya, ia hanyalah jalan menuju akhirat.
- Akhirat adalah cita-cita tertinggi. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika kita dipanggil Allah dalam keadaan husnul khatimah, lalu mendapat ridha-Nya.
- Fitnah dunia akan semakin berat. Rasulullah ﷺ sudah memperingatkan, bahwa setelah beliau wafat, fitnah demi fitnah akan datang seperti potongan malam yang gelap gulita.
Penutup
Wahai saudaraku, Rasulullah ﷺ—yang paling mulia dan paling dicintai Allah— telah memberi teladan terbaik. Beliau mengajarkan kepada kita bahwa kerinduan tertinggi seorang mukmin adalah bertemu dengan Allah Ta’ala.
Semoga Allah menanamkan dalam hati kita kerinduan untuk bertemu-Nya, dan meneguhkan kita untuk menempuh jalan Rasulullah ﷺ hingga kelak kita pun dipanggil dengan penuh kemuliaan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!