Kualitas Satu Generasi, Ada di Tangan Para Ibu dan Sistem yang Mengaturnya

Oleh: Arinta Kumala Verdiana, S.Pd

Tanggal 22 Desember menjadi moment yang cukup istimewa bagi para ibu. Karena atas namanya tanggal ini diistimewakan untuknya. Meskipun tanpa ada hari ibu pun, tidak ada yang bisa memungkiri bahwa poisisi seorang ibu sudah begitu istimewa.

Bagaimana tidak istimewa, ibulah yang melahirkan generasi-generasi penerus peradaban. Tangan-tangan ibulah yang membentuk generasi-generasi cerdas, tangguh dan cemerlang. Peran ibu sangat penting bagi terbentuknya mutiara-mutiara peradaban. Selamat bagi kita semua yang berkesempatan untuk menjadi ibu.

Tapi tentunya kebahagiaan menjadi seorang ibu tidak akan sempurna saat peran tidak bisa kita jalankan secara utuh untuk melahirkan dan membentuk calon-calon pemimpin dan penggerak peradaban. Setiap ibu yang memahami peran ini tentu tidak akan bisa tenang saat putra-putrinya belum menjadi seperti yang diharapkan. Dan saat ini, tantangan untuk mendidik generasi begitu besar. Arus pengaruh negatif yang dibawa oleh sistem tidak islami ini  begitu dahsyat menggerus generasi. Sungguh generasi kita terancam. Dan ini tentu menyulut jerit dan derai tangis para ibu.

Di dalam rumah, para ibu berusaha memberikan pendidikan yang membuat putra-putrinya menjadi sholih-sholihah. Keimanan selalu ditanamkan agar menghunjam dalam jiwa sehingga ketaatan ada dalam tiap langkah mereka. Tapi begitu keluar rumah, tantangan dan bahaya telah menunggu ibarat binatang buas yang siap 'memangsa' putra-putri kita kapan saja.

...Hari ibu yang jatuh 22 Desember ini layaknya tidak menjadi peringatan seremonial belaka, tetapi menjadi momen untuk evaluasi bersama bangsa ini...

Misal saja kasus beberapa waktu lalu yang dimuat oleh salah satu situs berita online. Sekelompok siswa SD di Samarinda pesta miras di sela pelajaran saat guru lengah. Sungguh kasus ini peristiwa yang mengagetkan kita semua. Bagaimana mungkin siswa Sekolah Dasar bisa mendapat kesempatan melakukan ini? Lingkungan berperan membawa pengaruh buruk ini.

Lalu bagaimana siswa sekolah dasar ini bisa dengan mudah mengakses minuman keras? Ini buah sistem liberal. Pemerintah tidak memunyai regulasi yang tegas untuk menutup pintu peredaran miras. Ini juga menjadi kondisi yang harus menjadi evaluasi dalam sistem pendidikan kita yang lemah karena gagal membentuk karakter shalih pada generasi kita. Kasus tentang kerusakan generasi ini bukanlah yang pertama. Ini adalah fenomena gunung es dimana yang tidak tampak jauh lebih besar.

Hari ibu yang jatuh 22 Desember ini layaknya tidak menjadi peringatan seremonial belaka, tetapi menjadi momen untuk evaluasi bersama bangsa ini. Apakah peran ibu sudah bisa terjalankan secara optimal untuk membentuk generasi-generasi yang cerdas duniawi dan ukhrowi?

Sekuat apapun para ibu bekerja keras untuk mendidik, tapi jika sistem tidak mendukung maka target tersebut tidak akan pernah teraih. Kita butuh sistem yang bisa mendukung target tersebut. Dan sistem itu tidak lain adalah sistem dari Sang Pencipta yang telah memberikan bukti pasti akan terbentuknya generasi berkualitas. Hanya sistem inilah yang mendukung peran para ibu dengan optimal. Sehingga tak ada pilihan lain kecuali kita kembali pada sistem Islam. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Fiqih Muslimah lainnya:

• Islam Sangat Beradab, Sangat Berkelas dalam Semua Aspek
• 10 Tips agar Anak Mencintai dan Meneladani Nabi Muhammad SAW
• Parenting Internasional Wujudkan Skill Full Teacher
• Hubungan Tidak Harmonis, Bukan Alasan untuk Mengorbankan Anak
• Komitmen Wujudkan Ketahanan Keluarga, Persistri Berdayakan Guru PAUD
• Bunda, Biasakanlah Anak Berdagang
• Perempuan dan Perannya dalam Menjaga Tatanan Keluarga Umat
• Mualaf Emma Taylor: Merasa Nyaman di Masjid, Batas antara Perempuan dan Laki-laki Jelas