Selasa, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 21 Oktober 2014 17:52 wib
11.574 views
Cuka: Asam Rasanya, Banyak Khasiatnya
Pada suatu hari, seperti diriwiyatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW menanyakan lauk apa yang disediakan oleh salah seorang istri beliau. Dijawab, “Kita hanya memiliki cuka.” Maka beliau meminta diambilkan “lauk” itu, lalu menyantapnya dengan suka cita, seraya bersabda, “Lauk terbaik adalah cuka.”
Dalam Sunan Ibnu Majah, seperti diriwayatkan dari hadis Ummu Said, Nabi SAW berkata – lebih panjang dari kutipan di atas, “Lauk terbaik adalah cuka. Ya Allah, berkatilah cuka ini. Rumah yang ada cukanya, tidak bisa dikatakan miskin.”
Alkisah, penduduk Yahudi di sebuah perkampungan yang dikuasai Islam, menertawakan hadis tersebut dan mengejek-ejek bahwa makanan terbaik buat muslim adalah cuka. Ketika mendengar cemoohan itu, Sultan memerintahkan agar cuka “dicekal”, tak boleh beredar di perkampungan Yahudi. Beberapa waktu kemudian, setelah beberapa minggu orang Yahudi tidak mengonsumsi cuka, di perkampungan mereka berjangkit wabah penyakit kulit.
Singkat cerita, akhirnya banyak orang Yahudi masuk Islam, karena mereka yakin akan kebenaran ucapan Rasulullah SAW tentang cuka.
Banyak cara mengonsumsi cuka. Sedikit banyaknya tentu tergantung selera dan kebiasaan. Orang Palembang, misalnya, menghirup lebih banyak – melalui kuah empek-empek yang sangat kecut dan pedas itu – dibanding orang negeri lain. Juga, orang yang menyukai asinan Bogor atau asinan Betawi. Asinan buah-buahan, acar, dan sayuran (sawi) yang diawetkan dengan cuka, adalah camilan penyegar, atau hidangan pembuka, yang disukai hampir semua orang Indonesia dan Asia pada umumnya.
Lebih afdalnya adalah cuka yang terbuat dari buah-buahan, seperti apel atau anggur, dan bukan dari bahan kimia. Cuka dari buah apel sudah banyak dijual di berbagai supermarket dengan berbagai merek. Jenis ini, sampai sekarang, merupakan cuka paling kuat dan sehat dibanding lainnya. Karena, di samping mengandung nutrisi seperti pada apel, juga mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh: pektin, betakarotin, potasium, termasuk enzim dan asam amino yang terbentuk selama proses fermentasi (peragian).
Cuka dari buah anggur merah, malah, telah berabad-abad digunakan sebagai obat. Para ahli setuju bahwa anggur merah tidak hanya memiliki antioksidan, tapi juga bebas kolestrol, sodium, dan lemak. Sehingga, meminum cuka dari anggur merah dapat memperkecil risiko serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.
Di samping sebagai penyegar dan penambah nafsu makan, sebenarnyalah, cuka mengikat zat-zat makanan yang diperlukan tubuh dan dapat memperlancar buang air besar. Baik dan sehat dicampurkan dalam “makanan berat”, daging atau ikan, karena cuka dapat memperlunak makanan sehingga mudah dicerna dan diserap tubuh.
Cuka, dengan berbagai cara mengonsumsinya, juga dapat digunakan untuk mengobati radang lambung, ganguan limpa, mencegah penyakit kuning, memperkuat otot perut, dan melawan dahak yang disebabkan radang pernapasan. Bahan-bahan kimia berbahaya (mematikan), yang ikut tertelan melalui makanan lain, juga dapat dinetralkan dengan cuka. Cuka juga dapat memperlancar peredaran darah. Terutama bagi yang mempunyai problem pengentalan atau pembekuan darah dalam tubuh.
Bila dicampur dengan garam, lalu diminum, cuka berkhasiat mentralkan racun jamur yang mematikan. Bekumur dengan campuran cuka, garam, dan air hangat, dapat mengobati sakit gigi dan memperkuat gusi. Abses, atau pembengkakan bernanah, pada kuku juga dapat diobati dengan cara meneteskan dan mengoleskan cairan cuka pada bagian yang sakit. Cara yang sama dapat diterapkan untuk mengobati sakit dan gatal akibat gigitan serangga.
Nah, jangan sampai tidak ada cuka di rumah Anda! (may/disarikan antara lain dari Metode Pengobatan Nabi: Griya Ilmu/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!