Selasa, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 5 Februari 2013 07:33 wib
  11.337 views
								
							
								
								MIUMI Nasihati Ketua DPR Marzuki  Ali Agar Waspada dengan Bahaya Syiah
								JAKARTA (voa-islam.com) – Majelis Intelektual & Ulama Muda  Indonesia (MIUMI) menyatakan keprihatinan atas berbagai masalah yang  mendera bangsa ini. Kasus korupsi yang melibatkan partai politik  (parpol) akhir-akhir ini, telah meruntuhkan wibawa DPR yang seharusnya  memberi contoh teladan.    
Keprihatinan itu disampaikan pengurus MIUMI kepada Ketua  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dr. Marzuki Ali, Senin (4/2) sore di  Gedung DPR.  Dalam silaturahim itu MIUMI ingin mendengar klarifikasi  langsung dari ketua DPR RI. Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir  didampingi oleh Ust Fahmi Salim (wasekjen), Ust Fadzlan Garamatan, Ust  Muhammad Zaitun Rasmin, MA, Ust Jeje Zaenuddin, MA, dan pengurus MIUMI  lainnya.
Para ulama muda ini menyampaikan aspirasinya kepada DPR  dan pemerintah agar mematuhi dan mengindahkan fatwa ulama yang memiliki  otoritas dalam menentukan kesesatan suatu aliran dalam agama Islam, dan  fatwa-fatwa MUI lainnya untuk kemasalahatan bangsa.
Di samping itu, Majelis yang merupakan perkumpulan para  ulama dan intelektual muda ini juga mengajak pemerintah dan partai  politik untuk bersinergi dengan lembaga dan ormas Islam dalam  menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. “MIUMI berharap pemerintah dan  ormas Islam dapat bersinergi bersama menyelesaikan persoalan bangsa  dengan mendorong lahirnya calon pemimpin bangsa yang saleh, amanah dan  berintegritas untuk kebaikan bangsa”, tegas Bachtiar Nasir, Sekjen  MIUMI.
Jangan Mau Dibohongi Syiah
MIUMI juga menjelaskan Ketua DPR ihwal bahaya Syiah. Hal  itu disampaikan, mengingat ada tokoh Demokrat yang berpaham Syiah.  MIUMI meminta agar Marzuki Ali jangan percaya dengan taqiyyah orang  Syiah di Demokrat. “Syiah itu bisa menjadi boomerang bagi NKRI.  Bisa-bisa NKRI menjadi Pakistan,” kata Ust Muhammad Zaitun Rasmin.
Marzuki Ali mengatakan, “Saya ini orang NU. Saya  juga terus belajar Islam. Soal Ahmadiyah sudah clear, MUI sudah  menyatakan sesat. Saya masuk partai politik niatnya adalah untuk  meluruskan yang tidak lurus,” ujarnya.   
Persoalan lain yang menjadi keprihatinan Majelis yang  diketuai  Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil, PhD. ini adalah masalah  narkoba. Terkait narkoba, MIUMI menghimbau kepada penegak hukum,  khususnya Badan Narkotika Nasional (BNN) agar menyelesaikan narkoba  secara serius. MIUMI meminta supaya penanganan kasus narkoba tidak hanya  menangkap dan mengadili para pemakai, lalu melupakan para pemasok dan  bandarnya. Jangan hanya mengatasi persoalan di hilir, lalu melupakan  persolan di hulu.
Selain itu, MIUMI juga menyinggung soal kasus  pelanggaran HAM dalam pemberantasan terorisme di Indonesia.  MIUMI  berharap supaya pengadilan terhadap terduga teroris dapat dilakukan  secara terang, adil, dan transparan serta siap untuk dievaluasi oleh  masyarakat umum.
Perkenalkan MIUMI
Dalam kesempatan itu, MIUMI memperkenalkan organisasi  yang baru berusia satu tahun. Sejak beberapa tahun terakhir ini, ratusan  doktor ahli keislaman telah lulus dari perguruan tinggi Islam, dalam  dan luar negeri. Potensi baru umat ini belum tertampung di Majelis Ulama  Indonesia (MUI).  Oleh sebab itulah MIUMI didirikan untuk bersinergi  dan memperkuat peran MUI dengan tekad berjuang mengembalikan otoritas  ilmu dan ulama dalam menyelesaikan problem bangsa.
MIUMI dideklarasikan di Jakarta, 28 Februari 2012 atas  inisiatif dari tokoh umat lintas ormas Islam, diantaranya Dr. Hamid  Fahmy Zarkasyi, Bachtiar Nasir, Lc,  Dr. Adian Husaini, Fahmi Salim, MA,  Dr. Ahmad Zein An-Najah, Dr. Muchlis Hanafi, Asep Sobari, Lc, Farid  Ahmad Okbah,MA, Fadzlan Garamatan. MA, Muhammad Zaitun Rasmin, MA, Idrus  Romli, Jeje Zaenuddin, MA, Muhammad Khudori, Lc., Adnin Armas. MA,  Henri Shalahuddin.
Saat ini MIUMI telah memiliki perwakilan di 9 daerah  yaitu Aceh (Yusran Hadi), Sumatera Utara (Qasim Nurseha), Sumatera Barat  (Buya Gusrizal), Riau (Mustafa Umar), Sulawesi Selatan (Rahmat Abdul  Rahman),  Jawa Tengah (Mu’inuddinillah Basri), JawaTimur (Kholili  Hasib), Yogyakarta (Fathurrahman Kamal), dan Jawa Barat (Ahmad Husain  Dahlan). 
Dalam kancah nasional, MIUMI dikenal kepeloporannya dalam  penolakan Draft RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan dukungan  terhadap Fatwa MUI Jawa Timur tentang kesesatan aliran Syi’ah.  Beberapa  hasil penelitian dan kajian MIUMI telah dipublikasikan. [desastian]
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!