Kita bahas episode The GodMother ke tiga, kita ungkap selaput yang menyelimuti syahwat para elite negara kit yang ternyata penipu dan memiliki moral yang tidam terpuji.
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Pejuangan telah mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon Presiden pada Pemilu 2014. Tak terima, Partai Gerindra pun mengusut perjanjian keduanya pada 2009 yang dikenal dengan batu tulis.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo memastikan perjanjian Batu Tulis yang disepakati pada 2009 lalu menyebut, PDI Perjuangan akan memberikan dukungannya terhadap Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2014.
Berikut isi keseluruhan perjanjian yang ditandatangani pada 16 Mei 2009 itu:
Kesepakatan Bersama PDI Perjuangan dan Partai Gerindra dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia 2009-2014
Megawati Soekarnopitri sebagai Calon Presiden, Prabowo Subianto sebagai Calon Wakil Presiden
1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) sepakat mencalonkan Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden dan Prabowo Subianto sebgai calon Wakil Presiden dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009.
2. Prabowo Subianto sebagai Calon Wakil Presiden, jika terpilih, mendapat penguasaan untuk mengendalikan program dan kebijakan kebangkitan ekonomi Indonesia yang berdasarkan asas berdiri di kaki sendiri, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan dalam kerangka sistim presidensial. Esensi kesepakatan ini akan disampaikan Megawati Soekarnoputri pada saat pengumuman pencalonan Presiden dan calon Wakil Presiden serta akan dituangkan lebih lanjut dalam produk hukum yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto bersama-sama membentuk kabinet berdasarkan pada penugasan butir 2 di atas. Prabowo Subianto menentukan nama-nama menteri yang terkait, menteri-menteri tersebut adalah: Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri Pertahanan.
4. Pemerintah yang terbentuk akan mendukung program kerakyatan PDI Perjuangan dan 8 (delapan) program aksi Partai Gerindra untuk kemakmuran rakyat.
5. Pendanaan pemenangan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 ditanggung secara bersama-sama dengan prosentase 50% dari pihak Megawati Soekarnoputri dan 50% dari pihak Prabowo Subianto.
6. Tim sukses pemenangan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dibentuk bersama-sama melibatkan kader PDI Perjuangan dan Partai Gerindra serta unsur-unsur masyarakat.
7. Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.
Jakarta 16 Mei 2009
Megawati Soekarnoputri
Prabowo Subianto (keduanya tandatangan di atas materai)
Ada Hubungan "Mesra" apa antara Megawati dengan Budi Gunawan Hingga Megawati "Tunduk" dihadapan Budi gunawan?
Apakah JK punya Kartu Truff megawati-budi gunawan sehingga JK bisa mengalahkan cawapres pendampingi jokowi?
Atau JK menyimpan suatu hal yg maha besar lagi antara mega-budi gunawan?
Sebelum Selasa malam, nama Jusuf Kalla sebenarnya telah dicoret sebagai kandidat cawapres Jokowi oleh internal PDIP atas berbagai alasan. Secara personal, Megawati menilai Jusuf Kalla sebagai ‘lain di depan, lain lagi di belakang’. Megawati melihat Jusuf Kalla sebagai sosok yang munafik.
Belum lagi masukan dari beberapa orang kepecayaan Mega, yakni Muhammad Prananda, Hasto Kristianto, dan Rini Suwandi. Ketiga penasihat utama Megawati itu menilai Jusuf Kalla tak cocok mendampingi Jokowi karena pasti akan lebih mendominasi.
Kawan-kawan tentu tahu, Jusuf Kalla diajukan ke PDIP oleh tiga partai, yaitu Nasdem (6%), PKB (9%) dan PPP (7%). Megawati dan ketiga penasihatnya termasuk Jokowi sendiri tidak ingin ada Koalisi Gendut. Jika kita kalkulasikan, koalisi PDIP dan Nasdem saja sudah memperoleh sekitar 25-26% suara legislatif. Apabila ditambah dengan PKB dan PPP, koalisi akan memperoleh 41-42% suara.
Bagi PDIP, koalisi empat partai membentuk 42% suara, dimana PDIP hanya menguasai 19% (tidak mayoritas), tidak efektif. Terlebih, 23% suara tersebut merupakan buah gabungan tiga suara partai pengusung Jusuf Kalla.
Kekhawatiran Megawati, Jokowi, dan PDIP adalah kabinet akan dikuasai oleh orang-orang dari kelompok Jusuf Kalla. Nantinya, pemerintahan Jokowi rentan digulung oleh Jusuf Kalla. Itu sebabnya PDIP mencoret nama Jusuf Kalla sejak awal.
Kembali masuknya Jusuf Kalla atas lobi Budi Gunawan yang membawa kepentingan politik dari kepolisian menimbulkan tanda tanya besar bagi internal PDIP selama beberapa hari terakhir.
Mereka melihat ada gejala tidak wajar dari Megawati terkait perubahan besar, mendadak, dan sedikit memaksa ini. Megawati seperti disandera oleh sesuatu yang kita tidak bisa pahami.
Jusuf Kalla mengetahui hal itu; sesuatu yang tidak bisa kita pahami itu. Ia pun bersama mantan ajudannya, Irjen Syafruddin, mengajak Budi Gunawan yang memiliki ‘kuasa besar’ terhadap putri Presiden Sukarno ini, bermain dalam skenario ‘menyandera’ Megawati agar mau memasukkan kembali Jusuf Kalla sebagai calon terkuat pendamping Jokowi.
Pertanyaannya, apakah memang Megawati begitu ingin menguasai Polri atau jangan-jangan Budi Gunawan yang sebenarnya ingin mengembalikan pengaruh dalam korpsnya itu lewat ‘penyanderaan’-nya terhadap Megawati?
Pertanyaan berikutnya, bagaimana bisa Megawati sampai-sampai mengabaikan tiga penasihat utamanya hanya karena lobi Budi Gunawan untuk memasukkan nama Jusuf Kalla dalam bursa cawapres pendamping Jokowi?
Ada hutang budi apa Megawati pada Budi Gunawan ‘rekening gendut’? Atau jangan-jangan ada hubungan tertentu antara Megawati dengan Budi Gunawan?
Wallahualam bisahwab...
[RioBaretaz/wahid/voa-islam.com]