Israel Setujui Pemukiman Baru di Al Quds

Penjajah Israel telah menyetujui pembangunan lebih dari 1.300 unit rumah baru di Al-Quds (Yerusalem Timur), sejalan dengan penyelesaian proyek ilegal Tel Aviv .

"Ada tiga rencana baru yang telah dipublikasikan untuk tinjauan publik,"  juru bicara pengawas permukiman Peace Now Hagit Ofran mengatakan kepada AFP, Senin 8 NOvember.

Dia menambahkan bahwa rencana tersebut mencakup 983 unit rumah baru di satu wilayah Har Homa dengan yang lain 42 akan dibangun di tempat lain di sekitarnya.

Rincian rencana lainnya termasuk 320 unit yang akan dibangun di wilayah Ramot utara, demikian menurut Peace Now.

"Ini adalah tahap baru di Har Homa yang benar-benar meluas," kata Ofran. "Ini adalah provokasi besar."

Sementara itu, Perdana Menteri agresor Israel Benjamin Netanyahu tengah berada di Amerika Serikat untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat Amerika selama perundingan langsung antara Tel Aviv dan Otoritas Palestina.

Negosiasi bulan September terhenti setelah Israel menolak untuk memperpanjang moratorium 10 bulan pada kegiatan pemukiman tersebut, yang berakhir akhir September.

Bertindak Kepala Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan bahwa ia tidak akan kembali ke perundingan kecuali Tel Aviv membekukan kegiatan permukiman di wilayah Palestina.

Palestina mengatakan bahwa pembangunan pemukiman ditujukan untuk mencegah pembentukan negara Palestina merdeka.

Israel menduduki al-Quds sejak perang tahun 1967, langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional dan PBB.

[muslimdaily.net/ptv]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Muslim Daily lainnya:

• Anwar al Awlaki: Membunuh Orang Amerika Tidak Membutuhkan Fatwa
• Posko Dewan Dakwah di Merapi Membutuhkan Relawan Muslim
• Polisi Israel Hancurkan Sebuah Masjid di Negev
• Jet Israel Jatuhkan Bom di Gaza
• Mantan Tahanan Irak Yang Dilecehkan Tentara Inggris Menuntut Balik
• Dokter Jose Rizal: Ustadz Abu Bakar Ba'asyir Sebaiknya di MRI ke RS Pertamina
• Muslim Inggris: "Bunuh Sekte Ahmadiyah"
• Mantan Anggota JI Australia Menjadi Kontroversi di Norwegia