Selasa, 13 Jumadil Awwal 1447 H / 18 Mei 2010 09:48 wib
  40.283 views
								
							
								
								Inner Beauty Muslimah Sejati
								Setiap  muslimah senantiasa mendambakan kecantikan fisik. Tetapi ingat,  kecantikan dari dalam (inner beauty) adalah hal yang lebih  penting daripada kecantikan fisik belaka. Karena, apa gunanya seorang  muslimah cantik fisik tetapi tidak memiliki akhlak terpuji. Atau apa  gunanya cantik fisik tetapi dibenci orang-orang sekitar karena  tindak-tanduknya yang tidak baik. Karena itu, kecantikan dari dalam  memang lebih diutamakan untuk menjaga citra diri seorang muslimah.
Menjaga  kecantikan dari dalam berarti menjaga etika dan budi pekerti baik,  serta menggunakan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik berdasarkan  sudut pandang syariat Islam. Sebagai contoh, bibir yang indah tak hanya  indah menarik secara fisik, tapi juga meniscayakan penuturan kata-kata  baik dan ucapan santun. Tutur kata santun dan ucapan yang baik memberi  kesan mendalam bagi orang lain.
Allah pun dengan tegas menyatakan  bahwa antara ciri hamba-Nya yang baik adalah mereka yang baik  ucapannya. Mereka yang apabila dihina atau dicaci oleh orang yang jahil  (tidak berilmu), mereka tidak membalasnya kecuali dengan kata-kata baik  dan lemah lembut. Dia berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha  Penyayang itu (ialah) orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan  rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan  kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63)
…seorang  muslimah yang baik akan meninggalkan perkataan-perkataan tidak  bermanfaat…
Tak hanya itu, seorang muslimah yang baik akan  meninggalkan perkataan-perkataan tidak bermanfaat. Rasulullah bersabda, “Termasuk  dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak  penting baginya.” Mengenai hadits ini, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali  mengatakan, “Kebanyakan pendapat yang ada tentang maksud meninggalkan  apa-apa yang tidak penting adalah menjaga lisan dari ucapan yang tidak  berguna.”
Dalam Ad-Daa` wa Ad-Dawaa`, Imam Ibnu Qayyim  Al-Jauziyah menerangkan lebih lanjut, “Menjaga lisan adalah agar jangan  sampai seseorang mengucapkan kata-kata yang sia-sia. Apabila dia berkata  hendaklah berkata yang diharapkan terdapat kebaikan padanya dan manfaat  bagi agamanya. Apabila dia akan berbicara hendaklah dia pikirkan,  apakah dalam ucapan yang akan dikeluarkan terdapat manfaat dan kebaikan  atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah dia diam, dan apabila  bermanfaat hendaklah dia pikirkan lagi, adakah kata-kata lain yang lebih  bermanfaat atau tidak? Supaya dia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan  yang pertama (tidak bermanfaat) itu.”
Termasuk dalam hal ini  adalah menjauhi perbuatan ghibah yang berkaitan erat dengan lisan yang  mudah bergerak dan berbicara. Maka hendaknya para muslimah memperhatikan  apa-apa yang diucapkan. Jangan sampai terjatuh dalam perbuatan ghibah  yang tercela. Bila setiap wanita muslim bisa menjaga lisan dari  mengganggu atau menyakiti orang lain, insya Allah mereka akan menjadi  seorang muslimah sejati. Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang muslim  sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan  tangannya.” (HR. Muslim)
Pun demikian dengan anggota tubuh  lainnya, seperti mata. Untuk menjadikan sepasang mata yang indah dan  memesona, maka pandanglah kebaikan-kebaikan dari orang-orang, jangan  mencari-cari keburukan mereka. Allah berfirman mengenai hal ini, “Hai  orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka.  Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu  mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12).
…Untuk  menjadikan sepasang mata yang indah dan memesona, maka pandanglah  kebaikan-kebaikan dari orang-orang, jangan mencari-cari keburukan  mereka…
Rasulullah pun mewanti-wanti, “Wahai  sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam  hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian  menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa  yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan  mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah  akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.” (HR. At Tirmidzi)
Dan terpenting lagi, mempergunakan mata untuk hal-hal yang diridhai  Allah dan Rasul-Nya. Hal ini berarti tidak menggunakan mata untuk  bermaksiat. Pandangan mata adalah mata air kemuliaan, juga sekaligus  duta nafsu syahwat.
Betapa banyak manusia mulia yang didera  nestapa dan kehinaan, hanya karena mereka tidak dapat mengendalikan  mata. Yaitu ketika matanya tidak dapat lagi menyebabkan seseorang  menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, karena dipergunakan secara  zhalim. Seseorang muslimah yang menjaga pandangan berarti dia menjaga  harga diri dan kemaluannya. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya,  maka akan terjerumus ke dalam kebinasaan. Inilah mengapa Rasul  menegaskan, “Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian.”
Lalu peliharalah telinga dari mendengarkan bid’ah, gosip, kata-kata  keji dan sesat, atau menyebutkan kesalahan-kesalahan orang. Telinga  diciptakan untuk mendengarkan Kalam Allah dan instruksi-instruksi  Rasulullah. Sepasang telinga yang indah dan baik adalah yang bisa  mengambil manfaat ilmu-ilmu keislaman.
Lalu tangan yang baik  adalah tangan yang diulurkan untuk membantu dan menolong sesama muslim,  serta bersedekah dan berzakat. Kita diberi dua tangan; satu untuk  membantu kita dan satu lagi untuk membantu orang lain. Lalu Islam juga   mengajarkan bahwa tangan ‘di atas’ lebih baik dari tangan ‘di bawah’.  Tentang hal ini, suatu ketika, Rasul ditanya oleh para istrinya, “Siapakah  di antara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?” Dengan  suara bergetar, Nabi menjawab, “Tangan siapa di antara kalian yang  paling panjang, itulah yang lebih dahulu menemuiku.” “Tangan paling  panjang” yang dimaksud Rasulullah adalah yang gemar memberi sedekah  kepada fakir miskin.
Maka jaga baik-baik kedua tangan, jangan  dipergunakan untuk memukul seorang muslim, dipakai untuk mengambil  barang haram ataupun mencuri, jangan dipergunakan untuk menyakiti  makhluk ciptaan Allah, atau dipergunakan untuk mengkhianati titipan atau  amanah. Atau untuk menulis kata-kata yang tidak diperbolehkan.
Kemudian  kedua kaki yang ‘indah’ adalah yang dipergunakan untuk mendatangkan  keridhaan Allah. Jagalah kedua kaki untuk tidak berjalan menuju  tempat-tempat yang diharamkan atau pergi ke pintu penguasa yang kafir.  Karena hal itu adalah kemaksiatan yang besar dan sama saja dengan  merendahkan diri kalian. Lalu jangan sekali-kali mempergunakan kaki  untuk menyakiti saudara-saudari muslim, pergunakanlah untuk berbakti  kepada Allah, misalnya dengan mendatangi masjid, tempat-tempat  pengajian, berjalan untuk menuntut ilmu agama serta menyambung tali  silaturahim, atau melangkahkannya untuk berjihad di jalan-Nya.
Rasul  bersabda, “Barangsiapa yang kedua telapak kakinya berdebu di jalan  Allah, maka haram atas keduanya tersentuh api neraka.” Beliau  menerangkan lagi, “Allah akan menjamin orang yang keluar (berjuang)  di jalan-Nya, seraya berfirman: “Sesungguhnya orang yang berangkat  keluar untuk berjihad di jalanKu, karena keimanan kepada-Ku dan  membenarkan (segala ajaran) para RasulKu, maka ketahuilah bahwa Akulah  yang akan menjaminnya untuk masuk ke dalam surga.”
Demikian  pula dengan segenap anggota tubuh lainnya. Semuanya akan nampak indah  serta memesona apabila dipergunakan dalam rel ketaatan kepada Allah dan  Rasul-Nya. Kecantikan fisik seorang muslimah bahkan sangat dipengaruhi  kecantikan batin. Untuk mendapatkan tubuh yang ramping, maka cobalah  untuk berbagi makanan dengan orang-orang fakir-miskin.
Kecantikan  sejati seorang muslimah tidak terletak pada keelokan dan keindahan  fisik atau keglamoran pakaiannya. Kecantikannya sangat dipengaruhi  perilaku dan ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah. Kecantikan  sebenarnya direfleksikan dalam jiwa.
Maka jadikan malu karena  Allah sebagai perona pipinya. Penghias rambutnya adalah jilbab yang  terulur sampai dadanya. Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah  lipstiknya. Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat.  Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akhirat. Kaki indahnya selalu  menghadiri majelis ilmu. Tangannya selalu berbuat baik kepada sesama.  Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah. Gelangnya adalah  tawadhu. Kalungnya adalah kesucian. [ganna  pryadha/voa-islam.com/berbagai sumber]
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!