Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
398 views

Di Balik Janji Damai Trump: Apakah Gaza Akan Jadi Koloni Baru AS, Inggris, dan Israel?

Selama dua tahun, warga Palestina di Gaza hidup di bawah bombardir Israel yang tiada henti, pengungsian berulang kali, dan bayang-bayang kematian yang terus menghantui.

Kini, ketika Presiden AS Donald Trump meluncurkan rencana untuk “mengakhiri perang,” jalur pesisir yang terkepung itu kembali terjebak dalam badai perdebatan.

Apakah rencana ini merupakan secercah harapan bagi warga sipil yang lelah oleh pertumpahan darah tanpa akhir, atau sekadar wajah baru dari pendudukan yang dirancang Amerika, Inggris, dan Israel? Banyak orang di Gaza menganggap demikian—tetapi apakah mereka punya pilihan lain?

Kehidupan yang Direduksi Jadi Bertahan Hidup

Di Gaza utara, Jamil al-Masri merangkum hidupnya tak lebih dari sekadar bertahan.
“Selama dua tahun kami hidup dalam kondisi yang sangat sulit, seolah penderitaan ini tak ada akhirnya,” katanya kepada The New Arab.

“Saya kehilangan pekerjaan sejak awal perang, keluarga saya sudah lebih dari sekali mengungsi. Kami dengar tentang rencana Trump, dan saya melihatnya sebagai satu-satunya solusi yang mungkin. Kami sudah tidak punya tenaga ataupun kemampuan untuk melawan. Kami lelah dengan janji-janji kosong,” ujarnya.

Baru-baru ini, Mohammed terpaksa menjual perabot rumahnya demi membeli roti kering untuk empat anaknya. Dengan suara bergetar ia menambahkan:
“Setiap inisiatif yang bisa menghentikan pengungsian dan mengembalikan sedikit stabilitas akan saya terima, bahkan jika itu datang dari Trump. Saya hanya ingin anak-anak saya tidur dengan aman.”

Di Khan Younis, seorang apoteker, Humam Obaid, terombang-ambing antara penolakan dan pasrah.

“Rencana itu tidak adil bagi rakyat Palestina, tetapi itu satu-satunya ide yang bisa menghentikan pertumpahan darah,” katanya.

“Saya melihat pasien setiap hari mencari obat-obatan paling sederhana, dan saya tidak bisa menyediakannya. Jika ada rencana yang menjamin masuknya obat-obatan dan menghentikan pemboman, itu akan jadi kesempatan—tapi hasilnya akan mengorbankan rakyat Palestina.”

Bagi Umm Ahmed, politik terasa seperti kemewahan yang tidak relevan.
“Anak-anak saya bertanya setiap hari kapan perang akan berakhir. Saya tidak punya jawaban,” katanya. “Saya tidak peduli apa nama rencananya atau siapa di baliknya. Yang penting kami bisa kembali ke rumah. Sampai sekarang, kami belum melihat bukti bahwa hidup kami akan berubah.”

“Kami dengar ada miliaran dana rekonstruksi, tapi yang kami lihat hanya kehancuran. Kalau rencana itu sungguh-sungguh, bangunlah satu rumah saja untuk kami percaya,” tambahnya getir.

Warga pengungsi lainnya dari Khan Younis, Zakaria al-Agha, menyuarakan kekhawatiran serupa. “Trump bilang dia ingin mengakhiri perang, tapi dia justru salah satu penyebab perang ini begitu lama. Setiap kali kami pikir pemboman akan berhenti, senjata baru tiba di tangan Israel. Bagaimana kami bisa percaya pada rencana yang dirancang orang yang mempersenjatai penjajah kami?” katanya.

Dimensi Politik yang Saling Bertaut

Rencana Trump, yang diumumkan bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyerukan gencatan senjata segera dan pembebasan tahanan Israel dalam waktu 72 jam.

Rencana itu juga membayangkan Gaza akan diawasi oleh komite transisi yang terdiri dari teknokrat Palestina dan pakar internasional, dengan Trump sendiri memantau prosesnya. Hamas akan sepenuhnya dikeluarkan dari pemerintahan.

Bagi sebagian orang, ini dianggap jalan keluar praktis. Reham Owda, seorang analis Palestina, menyebut rencana itu “solusi praktis dan realistis untuk mengakhiri perang dan menghentikan pertumpahan darah di Gaza.”

“Tidak ada alternatif lain yang mampu memaksa Israel menghentikan pemboman. Dukungan negara-negara Arab dan Islam, termasuk Mesir, Qatar, dan Turki, memberi legitimasi politik pada rencana itu. Negara-negara Teluk berjanji membangun kembali Gaza, yang menggagalkan proyek pengusiran Israel,” katanya kepada TNA.

Namun sebagian warga Palestina melihat perjanjian ini sebagai jebakan.

Hani al-Masri, Direktur Pusat Penelitian Masarat, mengatakan kepada TNA bahwa “skenario yang ditawarkan rencana itu berkisar dari buruk hingga lebih buruk.”

“Yang buruk berarti penghentian perang dan rekonstruksi di bawah pengawasan Amerika dan dana Arab, dengan penarikan Hamas dan pelucutan senjata perlawanan, yang memperdalam pemisahan Gaza dan Tepi Barat,” katanya.

“Yang terburuk adalah likuidasi total perjuangan Palestina melalui genosida, pengusiran, dan pemukiman kembali di Gaza,” tambahnya.

Menurutnya, skenario terbaik—meski sangat kecil kemungkinan—adalah kesepakatan nasional menyeluruh, akhir perang, dan pembentukan pemerintahan persatuan. “Namun perpecahan internal Palestina membuat hal ini hampir mustahil sekarang.”

“Rencana Pasir Hisap”

Di Gaza, peneliti politik Tayseer Abed menyebut inisiatif Trump sebagai “rencana pasir hisap” yang dirancang untuk menelan siapa pun yang mencoba menundanya.

“Dulu, setiap usulan akan ditolak atau diubah oleh pemimpin Hamas, lalu mereka pulang dan bicara lewat saluran satelit. Tapi kali ini, penolakan atau seruan revisi tidak akan menghentikan rencana itu. Rencana ini akan diterapkan secara bertahap, ditegakkan oleh tentara Israel yang sudah menguasai hampir 80 persen Jalur Gaza,” katanya.

Abed memperingatkan bahwa relokasi warga ke area yang disebut “stabil” pada dasarnya akan mengikis 20 persen wilayah yang tersisa, membuat penduduk semakin rentan.

“Ini adalah pasir hisap,” tambahnya. “Negara-negara yang dulu mendukung Hamas—Qatar, Mesir, Turki—tidak lagi berdiri di pihaknya. Mereka kini mendukung rencana yang bertujuan menghapus pergerakan itu.”

Menurutnya, Hamas menghadapi jalan sempit. “Setelah sikap Qatar yang mendukung rencana ini, pemimpin Hamas hanya punya beberapa hari untuk memutuskan: setuju dan tetap tinggal, atau menolak dan pergi. Jika tidak, mereka akan terdorong ke Iran atau Yaman di bawah kendali Houthi.”

Tidak ada jalan yang aman. Sebagian berarti akhir Hamas, sebagian lain menyeret seluruh rakyat Gaza ke kehancuran, kata Abed.

“Ini akibat mengabaikan suara rakyat, bergantung pada kekuatan regional, memonopoli keputusan, dan meremehkan kekuatan persatuan nasional,” tegasnya.

Angka di Balik Genosida Gaza

Dampak perang Israel sungguh mencengangkan. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, populasi Gaza pada pertengahan 2025 hanya sekitar 2,11 juta jiwa—10 persen lebih sedikit dibanding sebelum perang, akibat pengungsian massal di dalam maupun luar wilayah itu.

Laporan PBB memperkirakan lebih dari 95 persen warga Gaza telah mengungsi setidaknya sekali sejak 2023, dengan ratusan ribu orang berdesakan di tempat penampungan yang kekurangan air bersih, listrik, dan sanitasi.

Bagi keluarga seperti Khaled al-Shawa di Khan Younis, angka-angka itu berarti kenyataan pahit:
“Kami tinggal 18 orang dalam satu ruang kelas yang diubah jadi tempat penampungan. Anak-anak saya terkena penyakit kulit, istri saya sering sakit. Jika rencana ini tidak membawa obat dan listrik, maka itu hanyalah kata-kata. Hidup kami lebih buruk dari binatang,” katanya.

Ekonom Nader Abu Daqqa menambahkan bahwa kerugian “melebihi puluhan miliar dolar,” dengan lebih dari 60 persen infrastruktur hancur.

“Ekonomi telah menyusut drastis,” ujarnya, mencatat bahwa PDB Gaza turun lebih dari separuh hanya dalam dua tahun. “Setiap rencana yang tidak menjamin rekonstruksi ekonomi akan gagal mengembalikan stabilitas, meskipun perang dihentikan.”

Antara Dua Pilihan Pahit

Menjelang dua tahun perang Israel, rakyat Gaza terjebak antara dua pilihan pahit: menerima rencana Trump dengan segala konsesi menyakitkan, atau menolaknya dan mempertaruhkan kelanjutan perang.

Bagi Mohammed al-Masri, Umm Ahmed, dan ribuan pengungsi lainnya, dilema ini terasa jauh dari keputusasaan mereka sehari-hari mencari roti, obat, dan rasa aman.

Bagi analis seperti Hani al-Masri dan Tayseer Abed, bahaya yang lebih besar adalah rencana ini bisa melikuidasi perjuangan Palestina alih-alih menyelamatkan Gaza.

Di antara visi yang saling bertentangan ini, Gaza tetap terperangkap dalam persamaan kejam: mencari cara bertahan hidup di bawah proyek internasional dan kalkulasi regional yang berada di luar kendali mereka.

Pertanyaan terus bergema di jalanan hancur dan kamp-kamp pengungsian Gaza: apakah rencana Trump akan menandai awal dari akhir perang, atau justru awal dari pendudukan baru?

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News
Global Sumud Flotilla: Italia Lakukan Sabotase, Kapal ke Gaza Tetap Berlayar Hancurkan Blokade

Global Sumud Flotilla: Italia Lakukan Sabotase, Kapal ke Gaza Tetap Berlayar Hancurkan Blokade

Rabu, 01 Oct 2025 16:56

Cerita KH. Abu Bakar Ba’asyir Sempat Ditolak Masuk Ke Rumah Jokowi

Cerita KH. Abu Bakar Ba’asyir Sempat Ditolak Masuk Ke Rumah Jokowi

Rabu, 01 Oct 2025 13:15

Di Balik Janji Damai Trump: Apakah Gaza Akan Jadi Koloni Baru AS, Inggris, dan Israel?

Di Balik Janji Damai Trump: Apakah Gaza Akan Jadi Koloni Baru AS, Inggris, dan Israel?

Rabu, 01 Oct 2025 12:07

Bukan Ilmu,,, Jika Tak Tumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah

Bukan Ilmu,,, Jika Tak Tumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah

Rabu, 01 Oct 2025 08:16

Global Peace Convoy Indonesia Minta Pemerintah Kawal Relawan di Global Sumud Flotilla

Global Peace Convoy Indonesia Minta Pemerintah Kawal Relawan di Global Sumud Flotilla

Rabu, 01 Oct 2025 08:00

KH Cholil Nafis Sindir Program MBG: Jangan Sampai Berubah jadi 'Makan Beracun Gratis'

KH Cholil Nafis Sindir Program MBG: Jangan Sampai Berubah jadi 'Makan Beracun Gratis'

Rabu, 01 Oct 2025 06:31

Menjaga Wudhu Tanda Baiknya Iman

Menjaga Wudhu Tanda Baiknya Iman

Selasa, 30 Sep 2025 22:55

Ketua MUI Bidang Ekonomi Meninggal Dunia

Ketua MUI Bidang Ekonomi Meninggal Dunia

Selasa, 30 Sep 2025 15:40

7 Amalan 'Syukur' Harian

7 Amalan 'Syukur' Harian

Selasa, 30 Sep 2025 14:24

Propaganda Nyanyian Perdamaian FKUB: Kerukunan Umat atau Kerusuhan Aqidah?

Propaganda Nyanyian Perdamaian FKUB: Kerukunan Umat atau Kerusuhan Aqidah?

Selasa, 30 Sep 2025 10:06

Jokowi Terima Kunjungan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir di Solo, Ini Isi Pertemuan Singkatnya

Jokowi Terima Kunjungan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir di Solo, Ini Isi Pertemuan Singkatnya

Senin, 29 Sep 2025 19:37

Jadilah Mukmin yang Kaya!

Jadilah Mukmin yang Kaya!

Senin, 29 Sep 2025 17:27

UBN Terpilih Kembali Pimpin JATTI, Fokus pada Kaderisasi dan Diplomasi Global

UBN Terpilih Kembali Pimpin JATTI, Fokus pada Kaderisasi dan Diplomasi Global

Senin, 29 Sep 2025 06:04

Kolaborasi atau Mati: Israel Paksa Warga Gaza Jadi Milisi, yang Menolak Dihabisi

Kolaborasi atau Mati: Israel Paksa Warga Gaza Jadi Milisi, yang Menolak Dihabisi

Ahad, 28 Sep 2025 20:59

Terungkap! Israel Ingin Kuasai TikTok & X Demi Perang Opini Dunia

Terungkap! Israel Ingin Kuasai TikTok & X Demi Perang Opini Dunia

Ahad, 28 Sep 2025 14:45

Uji Coba Tikus: Hidup Berlimpah, Tapi Punah

Uji Coba Tikus: Hidup Berlimpah, Tapi Punah

Ahad, 28 Sep 2025 14:09

Dīn sebagai Fitrah: Menemukan Makna Beragama di Era Modern

Dīn sebagai Fitrah: Menemukan Makna Beragama di Era Modern

Ahad, 28 Sep 2025 06:44


MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X

Selasa, 30/09/2025 22:55

Menjaga Wudhu Tanda Baiknya Iman