Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
7.716 views

Bullying, Duri dalam Pendidikan Indonesia

 

Oleh:

Adzra Safitri || Pelajar/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

SEORANG siswi SMK 10 November di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi korban perundungan atau bullying. Korban dipaksa meminta maaf, mencium kaki dan ditarik dari sepeda motornya oleh seorang siswi SMP Mutiara Hikmah. Kejadian itu direkam oleh teman terduga pelaku yang sekolah di SMK Nusantara. Video rekaman aksi bullying tersebut kemudian viral di media sosial, seperti yang diberitakan kompas.com,(28/07/2020). Itulah  salah satu fakta bullying yang terjadi di kalangan remaja kita. 

Bullying merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut segala bentuk kekerasan yang dialami korban dan biasanya dilakukan oleh teman-temannya di dunia nyata maupun di dunia maya. Adapun menurut definisi lain,bullying adalah perlakuan kasar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan berulang dan terus-menerus pada seorang target yang kesulitan membela diri. Bullying di dunia maya disebut dengan cyberbullying yaitu kegiatan perundungan dengan menggunakan alat bantu elektronik. 

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bullyingdi kalangan remaja Indonesia bagaikan fenomena gunung es. Artinya, yang tampak di permukaan hanyalah sejumlah kecil, sedangkan yang tidak tampak karena tidak terlaporkan disinyalir kasusnya jauh lebih banyak. Seperti yang dilansir nasional.republika.co.id (10/2/2020), Komisioner Komisi KPAI, Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengatakan sepanjang 2011 hingga 2019, KPAI mencatat 37.381 pengaduan mengenai anak. Terkait dengan kasus perundungan, baik di media sosial maupun di dunia pendidikan, laporannya mencapai 2.473 laporan. 

Bullying terjadi dengan beberapa sebab di antaranya: Pertama,  menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (2002) adalah suasana sekolah yang tidak kondusif. Kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru pada saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan anti-bullying yang tidak konsisten.

Kedua, tontonan yang tidak mendidik. Banyak perilaku bullying dan kekerasan yang dicontohkan oleh  sinetron-sinetron yang ada. Ditambah semakin banyaknya konten-konten bebas yang tersebar di media online seperti kanal YouTube dan lainnya. Hal ini kemudian ditiru oleh generasi saat ini. Alhasil, perilaku bully dan kekerasan baik secara verbal, fisik, maupun cyber semakin masif terjadi.

Ketiga, minimnya ilmu agama di sekolah. Menurut Dekan fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Muhammad Iqbal, perundungan yang dilakukan pelaku bullying, disebabkan proses pencarian jati diri tanpa mampu mengontrol emosi dan pola pikir mereka. Sehingga perlu adanya langkah yang ditempuh negara untuk menuntaskan kasus kekerasan terhadap anak. Butuh adanya sinergi antara negara, anak, dan keluarga. Dilansir viva.co.id, (23/7/2017). 

Apa akibat dari bullying? Seseorang yang menjadi pelaku bullying tidak memikirkan atau tidak peduli apa akibatnya terhadap kondisi psikis si korban. Tidak heran mengapa banyak sekali korban bullying yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Si korban merasa itulah jalan satu-satunya agar terbebas  dari tindak bullying. Tentu saja ini membuat kita miris. 

Jika bullying ini dibiarkan terus terjadi dan tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan oleh negara, maka tentu hal ini akan mengancam generasi mendatang. Selama ini tindakan negara dalam mengatasi bullying hanya sebatas mengambil peran kuratif ketimbang preventif. Sudah terjadi, barulah sibuk memikirkan langkah untuk menyelesaikannya. Orangtua juga tidak berperan dengan baik dalam proses mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Orangtua cenderung melihat prestasi akademik tanpa memedulikan pemahaman agama pada anaknya. Begitulah yang terjadi di  sistem pendidikan sekular saat ini. 

Inilah salah satu bahaya menjadikan sekularisme sebagai landasan sistem kehidupan saat ini.  Pemisahan nilai-nilai agama dari kehidupan memberi pengaruh buruk bagi kehidupan masyarakat. Pendidikan hanya sebatas keberhasilan prestasi siswa didik dengan nilai di atas kertas. Akhirnya, anak tumbuh menjadi hedonis, tidak memperdulikan dosa dan pahala. Prestasi demi prestasi dibanggakan namun jauh dari pembentukan kepribadian dan akhlak terpuji.

Berbeda dengan Islam sebagai satu-satunya sistem yang menyodorkan solusi atas setiap problematika kehidupan. Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada generasi penerus, bahkan sejak usia dini. Pada masa Islam berjaya, orang tua menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Orangtua akan menjalankan perannya dengan mendidik anak sesuai tuntunan syariat. Dengan demikian, anak memiliki pegangan hidup yang kokoh sehingga di usia baligh mereka siap menjalani kehidupan dan memahami hakikat hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Ketika remaja, mereka akan disibukkan dengan ketaatan kepada Allah. Baik membaca, mendengar atau menghapal Al-Qur’an, Hadits, kitab-kitab tsaqafah para ulama, atau berdakwah di tengah-tengah umat dan sebagainya. 

Dalam kehidupan bermasyarakat yang diatur Islam, masyarakat melakukan kontrol dengan aktivitas saling mengingatkan antar anggota masyarakat agar mereka senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan syariat. Perasaan masyarakat juga Islami, tidak akan mampu melukai hati orang lain. 

Negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan membentuk kepribadian Islam pada setiap anak didik. Negara akan memfasilitasi media untuk pendidikan yang akan mendorong peserta didikberperilaku positif, sebagaimana dicontohkan generasi-generasi sukses sebelumnya dalam peradaban Islam. Negara akan melarang semua konten media yang merusak, baik dalam media buku, majalah, surat kabar, media elektronik dan virtual. Negara berkewajiban menutup semua pintu-pintu kemaksiatan dan akan melaksanakan sanksi yang tegas atas segala pelanggaran hukum Syara'. 

Maka bisa disimpulkan bullying merupakan duri dalam pendidikan Indonesia.Dan permasalahan ini hanya akan bisa diatasi dengan solusi Islam yang menyeluruh serta membutuhkan kerja sama antara keluarga, masyarakat dan negara. Tanpa sistem Islam, manusia tidak akan pernah bisa menyelesaikan semua permasalahan hidupnya.*

Oleh Adzra Safitri, Pelajar/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

 

 

Seorang siswi SMK 10 November di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi korban perundungan atau bullying.Korban dipaksa meminta maaf, mencium kaki dan ditarik dari sepeda motornya oleh seorang siswi SMP Mutiara Hikmah.Kejadian itu direkam oleh teman terduga pelaku yang sekolah di SMK Nusantara. Video rekaman aksi bullying tersebut kemudian viral di media sosial, seperti yang diberitakan kompas.com,(28/07/2020). Itulah  salah satu fakta bullying yang terjadi di kalangan remaja kita.

 

Bullying merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut segala bentuk kekerasan yang dialami korban dan biasanya dilakukan oleh teman-temannya di dunia nyata maupun di dunia maya. Adapun menurut definisi lain,bullying adalah perlakuan kasar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan berulang dan terus-menerus pada seorang target yang kesulitan membela diri. Bullying di dunia maya disebut dengan cyberbullying yaitu kegiatan perundungan dengan menggunakan alat bantu elektronik.

 

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bullyingdi kalangan remaja Indonesia bagaikan fenomena gunung es. Artinya, yang tampak di permukaan hanyalah sejumlah kecil, sedangkan yang tidak tampak karena tidak terlaporkan disinyalir kasusnya jauh lebih banyak. Seperti yang dilansir nasional.republika.co.id (10/2/2020), Komisioner Komisi KPAI, Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengatakan sepanjang 2011 hingga 2019, KPAI mencatat 37.381 pengaduan mengenai anak. Terkait dengan kasus perundungan, baik di media sosial maupun di dunia pendidikan, laporannya mencapai 2.473 laporan.

 

Bullying terjadi dengan beberapa sebab di antaranya: Pertama,  menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (2002) adalah suasana sekolah yang tidak kondusif. Kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru pada saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan anti-bullying yang tidak konsisten.

 

Kedua, tontonan yang tidak mendidik. Banyak perilaku bullying dan kekerasan yang dicontohkan oleh  sinetron-sinetron yang ada. Ditambah semakin banyaknya konten-konten bebas yang tersebar di media online seperti kanal YouTube dan lainnya. Hal ini kemudian ditiru oleh generasi saat ini. Alhasil, perilaku bully dan kekerasan baik secara verbal, fisik, maupun cyber semakin masif terjadi.

 

Ketiga, minimnya ilmu agama di sekolah. Menurut Dekan fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Muhammad Iqbal, perundungan yang dilakukan pelaku bullying, disebabkan proses pencarian jati diri tanpa mampu mengontrol emosi dan pola pikir mereka. Sehingga perlu adanya langkah yang ditempuh negara untuk menuntaskan kasus kekerasan terhadap anak. Butuh adanya sinergi antara negara, anak, dan keluarga. Dilansir viva.co.id, (23/7/2017).

 

Apa akibat dari bullying? Seseorang yang menjadi pelaku bullying tidak memikirkan atau tidak peduli apa akibatnya terhadap kondisi psikis si korban. Tidak heran mengapa banyak sekali korban bullying yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Si korban merasa itulah jalan satu-satunya agar terbebas  dari tindak bullying. Tentu saja ini membuat kita miris.

 

Jika bullying ini dibiarkan terus terjadi dan tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan oleh negara, maka tentu hal ini akan mengancam generasi mendatang.  Selama ini tindakan negara dalam mengatasi bullying hanya sebatas mengambil peran kuratif ketimbang preventif. Sudah terjadi, barulah sibuk memikirkan langkah untuk menyelesaikannya.  orang tua juga tidak berperan dengan baik dalam proses mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Orang tua cenderung melihat prestasi akademik tanpa memedulikan pemahaman agama pada anaknya. Begitulah yang terjadi di  sistem pendidikan sekuler saat ini.

 

Inilah salah satu bahaya menjadikan sekularisme sebagai landasan sistem kehidupan saat ini.  Pemisahan nilai-nilai agama dari kehidupan memberi pengaruh buruk bagi kehidupan masyarakat. Pendidikan hanya sebatas keberhasilan prestasi siswa didik dengan nilai di atas kertas. Akhirnya, anak tumbuh menjadi hedonis, tidak memperdulikan dosa dan pahala. Prestasi demi prestasi dibanggakan namun jauh dari pembentukan kepribadian dan akhlak terpuji.

 

Berbeda dengan Islam sebagai satu-satunya sistem yang menyodorkan solusi atas setiap problematika kehidupan. Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada generasi penerus, bahkan sejak usia dini. Pada masa Islam berjaya, orang tua menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Orang tua akan menjalankan perannya dengan mendidik anak sesuai tuntunan syariat. Dengan demikian, anak memiliki pegangan hidup yang kokoh sehingga di usia baligh mereka siap menjalani kehidupan dan memahami hakikat hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Ketika remaja, mereka akan disibukkan dengan ketaatan kepada Allah. Baik membaca, mendengar atau menghapal Al-Qur’an, Hadits, kitab-kitab tsaqafah para ulama, atau berdakwah di tengah-tengah umat dan sebagainya.

 

Dalam kehidupan bermasyarakat yang diatur Islam,  masyarakat melakukan kontrol dengan aktivitas saling mengingatkan antar anggota masyarakat agar mereka senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan syariat. Perasaan masyarakat juga Islami, tidak akan mampu melukai hati orang lain.

 

Negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan membentuk kepribadian Islam pada setiap anak didik. Negara akan memfasilitasi media untuk pendidikan yang akan mendorong peserta didikberperilaku positif, sebagaimana dicontohkan generasi-generasi sukses sebelumnya dalam peradaban Islam. Negara akan melarang semua konten media yang merusak, baik dalam media buku, majalah, surat kabar, media elektronik dan virtual. Negara berkewajiban menutup semua pintu-pintu kemaksiatan dan akan melaksanakan sanksi yang tegas atas segala pelanggaran hukum Syara'. 

 

Maka bisa disimpulkan bullying merupakan duri dalam pendidikan Indonesia.Dan permasalahan ini hanya akan bisa diatasi dengan solusi Islam yang menyeluruh serta membutuhkan kerja sama antara keluarga, masyarakat dan negara. Tanpa sistem Islam, manusia tidak akan pernah bisa menyelesaikan semua permasalahan hidupnya.

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Smart Teen lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X