Ahad, 10 Jumadil Awwal 1446 H / 30 Agutus 2020 17:00 wib
14.845 views
4 Perbuatan ini Termasuk Syirik Kecil
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasullillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Syirik terbagi 2 bagian. Pertama syirik besar, yaitu syirik dengan menjadikan tandingan bagi Allah, menyembahnya sebagaimana menyembah Allah. Syirik ini mengeluarkan pelakunya dari wilayah iman dan menghapuskan seluruh amal. Apabila ia mati di atasnya maka haram mendapat ampunan, haram masuk surga, dan kekal abadi di neraka. –Semoga Allah selamatkan kita dari syirik ini-.
Kedua, syirik kecil, yaitu segala perbuatan yang bisa menjerumuskan kepada syirik besar atau menjadi wasilahnya atau jenis syirik yang disebutkan nash sebagai syirik yang tidak sampai kepada batas syirik besar. (Kitab Ushul al-Iman fii Dhau’ al-Kitab wa al-Sunnah: 63)
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam dan tidak menghapuskan seluruh amal. Ia hanya menghapuskan amal yang disertainya. Kendati disebut syirik kecil, namun ia terkategori sebagai dosa besar.
Sebagian ulama berpandangan, jika ia tidak bertaubat darinya sampai meninggal dunia maka ia akan disiksa di nekara sekadar dosanya. Allah tidak mengampuni dosa syirik kecilnya tersebut.
Sebagiam ulama lainnya berpandangan, jika ia mati di atasnya maka ia berada di bawah masyi’ah (kehendak) Allah sebagaimana dosa-dosa besar yang kadarnya di bawah syirik. Jika berkehendak –dengan rahmat-Nya- mengampuninya, maka diampuni dosa syirik kecilnya tersebut tanpa ia disiksa di neraka. Sebaliknya, jika Allah berkehendak menunjukkan keadilannya, ia akan disiksa di neraka sekadar dosanya itu. Kemudian ia akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga.
Di antara bentuk syirik kecil adalah perbuatan-perbuatan berikut ini:
Pertama, bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Dengan catatan, ia tidak bermaksud mengagungkan dzat yang disebut dalam sumpahnya tersebut sebagaimana ia mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla. Jika ia menganggap bahwa dzat tersebut sama agungnya dengan Allah maka ia telah terjerumus ke dalam syirik besar.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
“Siapa bersumpah dengan nama selain Allah maka ia ia melakukan kekafiran atau kesyirikan.” (HR. Al-Tirmidi dan Abu Dawud)
Kedua, Riya’ (riya). Riya’ adalah memperlihatkan amal kepada orang lain agar ia melihat dan mengetahuinya dengan tujuan agar memujinya. Dengan catatan, selama ia jarangan-jarang berbuat riya. Sering diistilahkan dengan yasiir riya’. Jika setiap amal yang dikerjakannya dengan tujuan supaya dipuji dan diberi keuntungan oleh manusia maka ia tidak lagi syirik kecil.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
"Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad)
Ketiga, perkataan : Atas Kehendak Allah dan kehendakmu.
Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ
“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”
Seketika itu beliau bersabda kepadanya,
أَجَعَلْتَنِي لِلهِ نِدًّا؟! قُلْ: مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
“Apakah kamu menjadikan diriku sebagai tandingan bagi Allah?! Katakanlah: atas kehendak Allah semata.” (HR. Al-Nasa’i)
Ucapan yang benar adalah atas kehendak Allah lalu kehendak si fulan.
Keempat, perkataan, لَوْلَا اللهُ وَفُلَان“kalau bukan karena Allah dan fulan”. Ucapan yang benar adalah kalau bukan karena Allah lalu karena si fulan. Kata (Tsumma) yang artinya kemudian, memiliki makna berurutan namun ada jarak. Maknanya, kehendak hamba ikut kepada kehendak Allah Ta’ala. Ini seperti firman Allah Subahanahu wa Ta'ala,
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Takwir: 29)
Adapun wawu (dan,-terj-) mengandung makna berserikat dan bersama-sama. “dan” tidak mesti berurutan dan berjarak. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!