Senin, 30 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Desember 2009 10:40 wib
16.323 views
Menengok Kampung Pengemis di Madura
Kekhasan budaya berbingkai nilai-nilai agama yang sudah disandang masyarakat Madura secara umum terkadang menampakkan kenyataan hidup yang ironi.
Pekerja keras dan tanpa menyerah dalam kondisi apapun dan di manapun sudah bukan rahasia lagi. Namun berbeda dengan kenyataan yang disandang warga Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep.
Desa yang terletak 45 Km dari kota ke arah barat itu berpenduduk 3.500 kepala keluarga (KK) atau 9.567 jiwa. Dari jumlah penduduk yang ada itu, 80 persen menjadi pengemis (peminta-minta).
Tak ayal, jika desa itu mendapat julukan kampung pengemis dan menjadi pusat perhatian para peneliti, akademisi dan media massa meski tidak semudah yang dibayangkan untuk masuk ke desa tersebut.
Setiap orang yang masuk perkampungan pengemis itu tidak akan percaya bila warganya menjadi pengemis. Selain tidak ada rumah gedek (Rumah anyaman bambu), kendaraan sepeda motor juga ramai terlihat lalu lalang.
Meski rumah warga satu dengan yang lain berjarak antara 10 meter hingga 20 meter, namun terlihat rumah berukuran besar dan kokoh dilengkapi antena parabola, lantai keramik lengkap dengan berbagai macam hiasan sudah bukan barang langka dan asing lagi.
Akses jalan desa yang menjadi penghubung dengan desa tetangga juga beraspal, kecuali jalan penghubung kampung di desa itu yang masih jalan makadam dan sulit dijangkau dengan mobil mewah.
Untuk ukuran desa di Sumenep, kondisi Desa Pragaan Daya sudah maju. Program pemerintah sudah masuk dan aktivitas masyarakat seperti layaknya warga desa tetangga.
Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.
Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.
Meski sudah tergolong kelas ekonomi menengah untuk ukuran desa, namun Ny Halimah mengaku tidak bisa meninggalkan profesinya sebagai penerima sedekah dari orang lain yang sudah turun temurun dilakukan.
Banyak alasan yang dikemukakan. Selain tidak memiliki lahan pertanian yang cukup hingga tidak mempunyai skill yang bisa menghasilkan menutupi kebutuhan hidupnya.
"Saya tidak mempunyai pekerjaan lagi, kecuali menerima sedekah dari orang lain. Dan ini pekerjaan yang telah turun-temurun dan tidak mungkin ditinggalkan," kata Halimah.
Dalam pandangannya, uang hasil meminta-minta itu adalah rezeki halal karena uang itu diberikan oleh si empunya secara ikhlas.
"Kalau tidak ikhlas tidak mungkin diberikan pada saya. Jadi, pemberian orang itu adalah sedekah yang tidak ada salahnya bila diterima," ujarnya.
Menurut dia, warga Desa Pragaan Daya yang meminta-minta tidak hanya dilakukan di wilayah Madura, mereka yang masih sehat dan mempunyai kemampuan untuk datang ke daerah lain, biasanya banyak mengemis di Jawa Barat, Bandung, dan DKI Jakarta.
Bahkan, ada yang merantau hingga Kalimantan dan Malaysia. Namun bagi yang sudah tua, daerah yang biasa didatangi hanya Kota Surabaya dan kota lain di Jawa Timur.
Tidak sedikit bagi mereka yang mengemis di luar Madura mempunyai kemampuan lebih. Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.
Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.
"Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu," katanya seraya menolak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.
Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu.
Sementara Sekretaris Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Moh Haruji Saleh mengaku tidak risau dengan predikat desa pengemis. "Ini sudah bagian dari kehidupan warga kami sehingga harus menyandang predikat kampung pengemis. Ya tidak apa-apa," ujar Haruji.
Dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan kebiasaan meminta-minta namun menemui kesulitan. Selain mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, juga ada sebagian yang memang tidak mempunyai lahan pertanian.
"Usaha yang bisa dilakukan hanya dengan memutus mata rantai menjadi pengemis. Para kawula mudanya jangan sampai ikut mewarisi profesi orang tuanya itu," terangnya.
Para kawula muda, kata dia, pendidikannya sudah banyak yang masuk perguruan tinggi. Bahkan, ada yang masuk di fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi di Jember. Meski diakui jika biaya untuk menyekolahkan itu dari hasil mengemis, bukan berarti harus menjalankan profesi orang tuanya.
Hukum mengemis dalam Islam
Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri pernah ditanya tentang hukum menjadikan meminta-minta dan mengemis sebagai profesi, sehingga ia dapat memiliki rumah, kendaraan dan dapat menanam saham di perusahaan-perusahaan.
Beliau menjawab: "Tentu saja itu adalah perbuatan tercela. Cinta dunia telah menyeret orang-orang seperti itu untuk menjual agama dan kehormatannya. Sedangkan orang-orang yang yakin dan memiliki kejujuran dalam beragama akan terhindar dari perbuatan seperti itu. Allah telah menyebutkan sifat mereka, yaitu memelihara diri dari meminta-minta di dalam Al-Qur'an.
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا
"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di jalan Allah mereka tidak dapat berusaha di muka bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang-orang kaya karena menahan diri dari meminta-minta" (QS. Al-Baqarah : 273).
Oleh sebab itu, wajib memberikan nasehat kepada peminta-minta seperti itu tanpa mencela dan mempermalukan mereka, kecuali jika dampak buruk perbuatan mereka tersebut tidak dapat dibendung, saat itu perlu ditegur dengan keras, dan hendaklah memberikan nasehat dan peringatan kepada mereka. Dengan menyampaikan beberapa hadits Nabi, di antaranya :
1. Hadits Ibnu Umar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun di wajahnya." (Muttafaqun 'Alaihi)
Senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun di wajahnya" al-Hadits
2. Hadits Abu Said dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, niscaya Allah akan menjaga kehormatannya, barangsiapa yang merasa cukup, niscaya Allah akan men-cukupinya, barangsiapa berlatih kesabaran, niscaya Allah akan mencurahkan kesabaran baginya, dan tiada seorangpun mendapat karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (Muttafaqun 'Alaihi)
3. Hadits Hakim bin Hizam di dalam Shahihain ia berkata, "aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah, lalu beliau memberikannya, kemudian aku kembali meminta kepada beliau, beliau masih memberikannya, demikianlah sampai tiga kali. Kemudian beliau berkata, 'Wahai Hakim, harta ini memang indah dan manis, barangsiapa yang mengambilnya dengan kelapangan hati -yaitu dengan kezuhudan dari penerima dan kerelaan hati yang memberi- niscaya akan dilimpahkan berkah baginya. Sebaliknya, barangsiapa yang menerima dengan ketamakan, pasti tidak akan dilimpahkan berkah baginya. Bagaikan orang makan yang tidak kunjung kenyang, dan tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang dibawah'."
Hakim berkata, "Ya Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Saya tidak akan menerima pemberian apapun dari seseorang sepeninggalmu selamanya -yaitu aku tidak akan mengurangi hartanya dan tidak akan meminta-minta kepadanya-." (Lihat "Fathul Bari" III : 336)
Kemudian pada masa Khalifah Abu Bakar, beliau memanggilnya untuk memberi hadiah kepadanya dari baitul-maal, namun Hakim menolaknya. Juga pada masa Khalifah Umar, beliau juga memanggil Hakim untuk memberinya hadiah, namun ia pun menolaknya. Sehingga Umar berkata : Wahai Kaum Muslimin, saya membuat persaksian kepada kamu bahwa saya telah memberi kepada Hakim bagiannya dari harta Fa'i tetapi ia enggan menerimanya.
Demikianlah, Hakim tetap tidak mau menerima dari seorangpun sepeninggal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga ia meninggal dunia.
4. Hadits Az-Zubeir bin Awwam dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Sekiranya salah seorang dari kamu membawa tali lalu pergi ke bukit untuk mencari kayu, kemudian ia pikul ke pasar untuk menjualnya demi mejaga kehormatannya, niscaya yang demikian itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi maupun di tolak" (HR. Musim)
5. Hadits Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,"Barangsiapa yang meminta-minta untuk memperbanyak hartanya, tiada lain ia hanyalah memperbanyak bara api kemudian terserah kepadanya akan memperbanyak bara api tersebut atau menguranginya." (HR. Muslim)
"Barangsiapa yang meminta-minta untuk memperbanyak hartanya, tiada lain ia hanyalah memperbanyak bara api kemudian terserah kepadanya akan memperbanyak bara api tersebut atau menguranginya" al-Hadits.
6. Hadits Habsyi bin Junadah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa yang meminta-minta bukan karena kefakirannya, maka seakan-akan ia telah memakan bara api." (HR. Ahmad)
Dan banyak sekali hadits-hadits lain tentang kejelekan meminta-minta dan tentang keutamaan bersabar dan menjaga kehormatan diri. Telah dirangkum sebagian besar hadits-hadits tersebut di dalam buku berjudul Dzammul-Mas'alah (celaan meminta-minta-red) karangan Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i hafidzahullah."
(PurWD/dbs)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!