Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
5.257 views

Ramadhan Yang Membekas

Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA.*


Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita. Sebagai seorang muslim, kita patut merasa sedih dan berat hati berpisah dengan bulan Ramadhan. Karena ia merupakan bulan keberkahan, rahmat, maghfirah (pengampunan dosa), pembebasan dari api neraka, dan bulan yang memiliki keutamaan lainnya. Moment yang selalu dirindukan kehadirannya. Namun demikian, kita harus ikhlas merelakan kepergiannya. karena ia pergi dengan izin dan ketetapan Allah ta'ala.

Setelah kepergian Ramadhan ini, maka sudah sepatutnya kita berharap dan berdoa kepada Allah ta'ala agar amal ibadah kita padanya diterima oleh Allah ta'ala, istiqamah dalam ibadah dan amal shalih, dan dipertemukan kembali dengan Ramadhan yang akan datang.

Pada bulan Ramadhan, umat Islam berlomba-lomba melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Berbagai kelebihan dan keutamaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan telah memberikan motivasi dan semangat bagi kita untuk meraihnya. Maka, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masjid dan mushalla/surau penuh dengan jamaah shalat lima waktu, tarawih, witir dan tadarus Al-Qur’an. Umat Islam pun semangat melakukan amal shalih seperti berinfak/bersedekah, memberi makan sahur dan bukaan puasa dan amal shalih lainnya.

Kini, Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Lantas, bagaimana status ibadah dan amal shalih kita pasca Ramadhan? Apakah kita istiqamah beribadah dan beramal shalih seperti yang kita lakukan selama Ramadhan? Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap perilaku kita sepeninggalnya? Dan bagaimana sepatutnya mengisi hari-hari pasca kepergian Ramadhan?

Beberapa pertanyaan tersebut patut mendapat perhatian kita, dalam rangka muhasabah dan meningkatkan keimanan kita, agar semangat Ramadhan terus hidup di jiwa kita dan membekas dalam perilaku kita sehari-hari.

Sejatinya pasca Ramadhan kita diharapkan istiqamah dan mampu serta terbiasa dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih selama sebelas bulan ke depan. Spirit Ramadhan harus membekas dalam diri kita. Bila semangat ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan tetap membekas di bulan-bulan lainnya sepeninggalnya, berati Ramadhan kita sukses. Bila tidak, berarti gagallah kita dalam ujian dan training ini sehingga kita menjadi orang yang merugi.

Bulan Ramadhan telah mentraining kita secara fulltime 29 atau 30 hari berturut-turut untuk melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Tujuannnya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa sepeninggalnya Ramadhan. Maka, sepeninggal Ramadhan ini kita sepatutnya menjadi orang yang bertakwa.

Ramadhan telah memberikan pembelajaran yang banyak terhadap kepribadian seorang muslim dalam rangka melahirkan insan yang bertakwa. Di antaranya yaitu:

Pertama; Semangat beribadah dan beramal shalih.

Ramadhan mengajarkan kita untuk semangat beribadah dan beramal shalih. Maka, pasca Ramadhan ini diharapkan kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadhan.

Ibadah dan amal shalih itu tidak hanya diperintahkan di bulan Ramadhan saja, namun juga diperintahkan setiap saat selama kita hidup di dunia yang fana ini. Inilah tujuan kita hidup di dunia sebagai makhluk Allah ta'ala sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56).

Bahkan kita diperintahkan untuk berlomba berbuat beribadah dan berbuat amal shalih (kebaikan) setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Allah ta'ala berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan..” (Al-Baqarah: 148).

Allah ta'ala juga memerintahkan kita untuk meminta maghfirah-Nya dengan segera pada setiap saat, bukan pada bulan Ramadhan saja. Allah ta'ala berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali 'Imran: 132)

Kedua; Senantiasa menjaga diri dari maksiat.

Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dari hawa nafsu dan menjaga diri maksiat lewat ibadah puasa. Nabi -shallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: “Puasa itu perisai (penahan maksiat).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Pada waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hubungan suami istri, dan dari hal-hal diharamkan oleh syariat. Jika hal-hal yang mubah dan halal seperti makan, minum dan hubungan istri dilarang pada waktu berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan.

Maka, sudah sepatutnya setelah Ramadhan ini kita mampu menjaga diri dari maksiat, baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina, menipu, menfitnah, menyakiti dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri, merampok, mencopet, korupsi, menzhalimi, memukul, membunuh, pamer aurat, pacaran, pergaulan bebas laki dan perempuan non mahram, berzina dan sebagainya. Dengan demikian, pasca Ramadhan ini kita diharapkan menjadi seorang muslim yang shalih dan berakhlak mulia.

Ketiga; suka membantu orang fakir dan miskin.

Ramadhan telah mendidik dan melatih kita untuk membantu saudara kita yang lemah ekonominya lewat infak/sedekah dan zakat. Amal shalih tersebut sangat digalakkan pada bulan Ramadhan.

Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita dan terjepit ekonominya. Kebiasaan berinfak pada bulan Ramadhan perlu dipertahankan dan dilanjutkan pada bulan lainnya.

Mengenai keutamaan berinfak, Allah ta'ala berfirman, “Dan apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri…” (Al-Baqarah: 272). Jadi infak itu pada hakikatnya untuk kita diri sendiri.

Allah ta'ala juga berfirman, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 261)

Nabi -shallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Setiap hari, dua malaikat turun kepada seorang hamba. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak. Dan yang lain berdoa, “Ya Allah, hilangkan harta orang yang menolak infak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keempat; Berempati dan peduli terhadap saudara seiman yang mengalami musibah .

Ramadhan mengajarkan kita untuk bersolidaritas dan berempati serta peduli terhadap saudara kita yang menderita hidupnya yaitu orang fakir dan miskin melalui perintah infak/sedekah dan zakat di bulan Ramadhan, karena kesulitan hidup mereka. Hal yang sama juga dialami oleh orang yang mengalami kesulitan hidup pada saat peperangan dan musibah bencana alam.

Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan selalu bersolidaritas dan membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan hidup atau memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya akibat perang dan musibah bencana alam, baik saudara kita seiman di tanah air maupun di berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Suriah, Rohingya (Burma), dan lainnya.

Allah ta'ala berfirman, "Tolong menolonglah kamu dalam (berbuat) kebaikan dan takwa. Dan janganlah kamu tolong menolong dalam (berbuat) dosa dan pelangggran." (Al-Maidah: 2).

Nabi -shallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Nabi -shallahu 'alaihi wa sallam- juga bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasa sakit maka seluruh anggota tubuh ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Mengenai keutamaan menolong saudara seiman dan melapangkan kesulitan hidupnya, Rasulullah -shallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. (HR. Muslim).

Rasulullah -shallahu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, seorang muslim itu saudara dengan muslim lainnya. Dia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkannya kepada musuhnya. Dan barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan barangsiapa yang melapangkan dari seorang muslim suatu kesulitan, maka akan Allah melapangkan darinya suatu kesulitan dari kesulitan-kesulitan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari Kiamat." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kelima; Senantiasa menjaga shalat berjama’ah

Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat berjama’ah melalui shalat tarawih dan Witir setiap malam di bulan Ramadhan. Pada bulan Ramafhan, masjid-masjid dan mushalla-mushalla penuh dengan jama’ah shalat Tarawih dan Witir. Fenomena ini hanya ada di bulan Ramadhan, tidak ada di bulan-bulan lainnya.

Maka, diharapkan pasca Ramadhan kita terbiasa dan mampu melakukan shalat fardhu berjama’ah di masjid atau mushalla. Semangat shalat berjama’ah ini harus dipertahankan dan dilanjutkan pada shalat lima waktu setelah Ramadhan.

Shalat fardhu secara berjama’ah sangat diperintahkan dalam Islam. Menurut sebahagian ulama hukumnya sunnat muakkad. Bahkan menurut sebahagian ulama lainnya hukumnya wajib bagi laki-laki berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa shalat berjama’ah sangat digalakkan dalam Islam dan tidak boleh disepelekan atau dianggap hal biasa meninggalkannya tanpa uzur syar’i (halangan yang dibenarkan syariat) seperti hujan, cuaca panas atau dingin, banjir, binatang buas dan sebagainya.

Banyak keutamaaan shalat berjama’ah. Di antaranya yaitu pertama, orang yang shalat berjamaah mendapatkan 27 kali lipat pahala dibandingkan shalat sendirian (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Kedua, setiap langkah orang yang shalat berjama’ah dicatat satu pahala sekaligus dihapus satu kesalahan (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Ketiga, orang yang shalat berjama’ah akan tetap di doakan oleh para malaikat setelah shalatnya sampai shalat berikutnya selama ia masih ditempat shalatnya (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keempat, makmum yang berbarengan ucapan aminnya dengan para malaikat, maka diampuni dosa-dosanya (HR. Bukhari). Dan lainnya.

Keenam; Senantiasa menjaga shalat sunnat.

Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan Ramadhan dihitung seperti pahala wajib di bulan selainnya (HR. Al-Baihaqi). Oleh karena itu, orang berlomba-lomba melakukan amalan sunnat seperti shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, dan lainnya.

Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan kita untuk tetap istiqamah menjaga shalat-shalat sunnat di bulan-bulan lainnya seperti shalat sunnat Rawatib, Dhuha, Tahiyatul masjid, Syuruq, setelah wudhu’, Tahajjud, Witir, dan shalat sunnat fajar.

Adapun keutamaan shalat Rawatib yaitu dibangunkan rumah di surga (HR. Muslim). Keutamaan shalat Dhuha yaitu pahalanya sama seperti bersedekah (HR. Muslim). Keutamaan shalat sunnat Syuruq atau Isyraq yaitu pahalanya seperti haji dan umrah secara sempurna (HR. At-Tirmizi). Keutamaan shalat sunat setelah wudhu adalah memasukkan ke dalam surga sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi saw yang bertanya kepadanya penyebab ia masuk surga. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Adapun keutamaan shalat sunnat fajar adalah pahalanya lebih baik dari dunia dan isinya (HR. Muslim)

Ketujuh; Senantiasa bertadarus Al-Qur'an.

Ramadhan telah mendidik dan melatih kita untuk senantiasa mencintai dan mengamalkan Al-Qur'an melalui tadarus al-Qur'an di bulan Ramadhan. Tadarus Al-Qur'an adalah membaca, memahami (mentadabburi), mengkhatamkan, menghafal, mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an.

Tadarus Al-Qur'an termasuk amalan yang paling utama dan digalakkan di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus Al-Qur'an selama bulan Ramadhan. Bahkan dalam bulan Ramadhan seorang muslim mampu mengkhatamkan Al-Qur'an beberapa kali.

Maka, sepeninggal Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan berinteraksi dengan al-Quran baik dengan membaca, mengkhatamkan, memahami, menghafal, mempelajari maupun mengajarkan Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an itu tidak hanya wajib dibaca pada bulan Ramadhan, namun juga wajib dibaca pada bulan-bulan berikutnya (selain Ramadhan).

Banyak sekali keutamaan orang yang bertadarus Al-Qur'an, di antaranya yaitu; Pertama: mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat (HR. Muslim). Kedua, dimuliakan dan ditinggikan derajat oleh Allah ta'ala dengan menjadi orang yang terbaik di antara manusia (HR. Al-Bukhari). Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keempat, mendapat sakinah, rahmat, doa para malaikat dan pujian dari Allah ta'ala (HR. Muslim). Kelima, mendapat pahala yang berlipat ganda yaitu setiap huruf dihitung satu kebaikan dan satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh pahala (HR. At-Tirmizi), dan sebagainya. Kelima, diberikan izzah dan kejayaan pada suatu kaum atau negeri (HR. At-Tirmizi).

Demikianlah hendaknya kita mengisi hari-hari pasca Ramadhan yaitu dengan istiqamah melakukan berbagai ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadhan. Ibadah dan amal shalih ini tidak hanya diperintahkan pada bulan Ramadhan, namun juga pada bulan-bulan lainnya.

Kesuksesan Ramadhan seseorang itu ditandai dengan semakin baik ibadah dan perilakunya yaitu menjadi orang bertakwa pasca Ramadhan. Jika ibadah dan perilakunya baik atau semakin baik, berarti dia telah sukses dalam Ramadhan. Namun sebaliknya, jika ibadah dan perilaku buruk atau semakin buruk, maka berarti dia telah gagal dalam Ramadhan.

Oleh karena itu, mari kita semangat dan istiqamah dalam ibadah dan amal shalih di bulan-bulan lainnya sebagaimana kita lakukan di bulan Ramadhan. Semoga ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah ta'ala. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang sukses dalam Ramadhan dan mendapat gelar taqwa. Aamiin.


*) Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, anggota Ikatan Ulama dan Da'i Asia Tenggara, Ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh, anggota bidang Pakar Parmusi Aceh, Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh Pascasarjana UIN Ar-Raniry, dan Doktor bidang Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X