Ahad, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Oktober 2021 11:22 wib
15.983 views
Me Time
Oleh:
Keni Rahayu || Influencer Dakwah Milenial
DUNIA emang tempatnya capek. Seseorang mengatakan itu dan aku pun setuju. Yes, memang dunia tempat kita berkarya berlelah-lelah. Sampai akhirnya nanti kita benar-benar istirahat sebab Allah panggil kita pulang.
Aku yakin bahwa hidup di dunia ini kita sedang lomba, cari piala dan hadiahnya adalah tiket masuk surga. Hanya yang pantas saja yang dapat tiketnya. Berharap semoga itu kamu yang baca ini tentu juga penulisnya hehe. Tapi tubuh manusia butuh istirahat. Meski dunia tempatnya capek, tapi Allah ciptakan malam sebagai waktu untuk istirahat.
Kita tahu bahwa fisik kita butuh istirahat. Itulah mengapa kita selalu mempersiapkan diri setelah salat Isya untuk berbenah menuju kamar dan berlayar ke pulau mimpi. Bahkan tidur kita akan bernilai ibadah ketika kita niatkan untuk charging, mengumpulkan tenaga dalam aktivitas ibadah esok hari.
Realitanya, gak cuma fisik yang butuh istirahat, tapi pikiran juga. Seharian tegang dengan aktivitas yang menguras pikiran, maka ia juga berhak relax. Sometime kita butuh namanya "Me Time", untuk momen healing dari kepenatan berpikir aktivitas harian kita.
Sebagian orang ada yang menonton film, baca buku, jalan-jalan, mendengarkan musik, bersepeda, memasak dan hal-hal menyenangkan lainnya. Bahkan shopping online meski tanpa checkout sekalipun, itu relaxing dan healing banget. Asalkan itu sederhana tak menguras pikiran, itu akan jadi best thing for me time. Syarat mutlak me time adalah menyenangkan dan membahagiakan diri sendiri. Terlihat oke, tapi saya tidak sepenuhnya setuju akan hal itu.
Kenapa kurang setuju? Sebab me time ini juga dipengaruhi oleh mindset kita. Sesuatu dianggap menyenangkan atau tidak, tergantung cara pandang dia terhadap hal tersebut, bukan?
Sebagai muslim, bukankah menyelami lautan sejarah kehidupan kekasih impian kita, nabi Muhammad saw, adalah hal yang seharusnya menyenangkan? Atau mesra-mesraan sama Allah dengan baca Qur'an mendayu-dayu dengan bacaan tartil itu sangat menenangkan hati, bukan? Lalu mengapa kita lebih merasa nongkrong bareng teman-teman di warkop itu me time dibandingkan nongkrong di majelis ilmu? Bukannya sama-sama duduk dan ngobrol?
Kebahagiaan itu soal mindset, kawan. Jelas, pandangan hidup juga berperan besar. Seseorang yang mengira kebahagiaan itu adalah apa yang dia mau, kenikmatan yang ia cecap di lidah, atau segala bentuk kepuasan di hati, gawat, ini cara pandang orang sekuler. Sekularisme memandang kebebasan adalah Tuhan, memenuhi yang diingin adalah kebahagiaan hakiki.
Plis, plis, Islam jelas tidak begitu. Lalu gimana dong? Sini, duduk manis. Kita kupas bersama-sama. Bagi seorang muslim, bahagia adalah ketika Allah rida. Yes, sejalan dengan hakikat penciptaan manusia, manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Sama dengan jin.
Kebahagiaan tergantung cara pandang. Ketika kita sadar bahwa hal-hal yang kita lakukan adalah mengundang rida Allah, itulah kebahagiaan hakiki. Itulah yang kita kejar.
Maka tak salah kalau rasul sampaikan bahwa refreshing-nya muslim itu jihad. Wew. Ya anggap aja, sekalian jalan-jalan tapi bermakna gitu kan. Sekalian nyebar agama Allah, dapat pahala, sekalian jalan-jalan ke daerah lain. Tentu ini lihat konteks ya, kita gak bisa menyamakan dengan zaman now. Beda kondisi. Tapi dari sini bisa kita bayangkan bahwa jihad aja jadi refreshing, agenda hariannya apa? Oh em ji.
Ditarik ke konteks hari ini, kita bisa membuat me time kita lebih berarti. Kita harus bisa baca kebutuhan diri. Kalau benar butuh istirahat, tidurlah, matikan HP dan lupakan sejenak segala isinya. Istirahat fisik, istirahat pikiran.
Kalau kita butuh sesuatu yang baru, sesuatu yang lain dari biasanya kita bisa jalan-jalan. Tapi mungkin untuk kondisi Corona ini, kita harus menahan diri dulu. Mungkin bisa jalan-jalannya virtual dulu. Lihat konten orang-orang traveling via YouTube. Jangan lupa sembari tadabbur ya, puji nama Allah. Ialah yang menciptakan alam semesta ini dengan segala keindahannya.
Tapi kalau boleh kasih saran, sekalian nonton YouTube, gak sekalian aja nonton kajian? Tips biar gak bosan adalah pilih tema-tema yang menyenangkan bagimu. Remaja dan ibu-ibu jelas beda minat kan? Pilih yang kamu banget, insyaallah malah dapat dua-duanya. Ya hepi, ya ilmu, ya pahala.
Satu hal lagi. Bahagia itu soal rasa. Tapi manusia adalah makhluk sempurna sebab Allah beri dia akal. Maka, jangan sampai rasa kita berkuasa mengalahkan akal sehat kita. Jangan berleha-leha dengan alasan "lelah", kita jadi membenarkan diri untuk terus-terusan me time. Padahal kondisi di sekitar, menanti action kita.
Muslim harus bisa menempatakan diri. Dia harus bisa membaca situasi dan kondisi. Jika waktu mengizinkan dia "me time" maka ambilah. Tentu saja setelah semua tugas utama kita terpenuhi ya. Kalau pelajar ya belajar dan kajian Islam. Kalau ibu-ibu ya kerumahtanggaan, merawat suami dan anak. Bapak-bapak wajibnya ya memberi nafkah. Satu kewajiban lagi yang jangan lupa. Dakwah. Setelah lelah dengan itu semua, bolehlah sesekali kita "me time". Wallahu a'lam bishowab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!