Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
495 views

Serangan Gagal Israel ke Qatar Tunjukkan Kelemahan, Kebingungan, dan Kebangkrutannya

Oleh: Dr. Saad Naji Jawad

Agresi terhadap Qatar tidak bisa dipandang sebagai insiden sepele, melainkan titik balik dan provokasi serius bagi kawasan Timur Tengah. Tentu saja, Israel tidak mungkin melakukan serangan sebesar ini tanpa “lampu hijau” dari Washington, apalagi jika targetnya adalah sekutu AS yang menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar Amerika di kawasan, sekaligus sumber investasi miliaran dolar di AS.

Ada pula indikasi bahwa Presiden Trump terlibat dalam memancing para pemimpin Hamas ke dalam jebakan, dengan mengancam bahwa “pintu neraka” akan terbuka bagi Hamas jika tidak segera memenuhi tuntutan dan merespons positif proposal AS terkait pembebasan sandera Israel. Ultimatum ini memaksa para negosiator Hamas untuk bertemu mendesak di Doha, sehingga menjadi sasaran empuk bagi serangan udara Israel.

Bantahan AS yang terlambat muncul semata karena operasi tersebut gagal, sehingga perlu mencari kambing hitam—dalam hal ini Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Seandainya pembunuhan para pemimpin Hamas berhasil, presiden sendiri pasti akan men-tweet pernyataan yang menegaskan “hak Israel untuk membela diri dan membunuh teroris yang mengancam keamanannya.”

Seriusnya agresi ini terletak pada kenyataan bahwa targetnya adalah sebuah negara yang menjadi pusat semua upaya menghentikan perang di Gaza. Bahkan Washington pun mengandalkan Qatar untuk membebaskan salah satu sanderanya. Netanyahu sendiri juga demikian. Operasi ini membuktikan ketidakpedulian Netanyahu terhadap hukum internasional, terutama ketika berurusan dengan negara Arab. Netanyahu berusaha menunjukkan kekuatan Israel dan dukungan Washington yang selalu melindunginya dari sanksi apa pun. Namun pada kenyataannya, operasi ini justru menyingkap kebangkrutannya—kebingungan, ketidakmampuan memilih tujuan strategis, serta kegagalan menentukan prioritas. Alih-alih menunjukkan keterampilan tinggi, ia justru menunjukkan kelemahan.

Padahal Israel bisa saja mempercayakan operasi ini kepada agen-agen asing, sebagaimana dilakukan sebelumnya, mengingat target yang dianggap lemah dan terbuka. Bahkan seandainya serangan itu berhasil membunuh beberapa pemimpin perlawanan, hal itu tidak akan mengubah fakta bahwa kepemimpinan militer baru yang memimpin pertempuran di Gaza tidak banyak dipengaruhi oleh pimpinan luar negeri. Faktanya, perlawanan dengan kepemimpinan mudanya mampu tetap bertahan dan terus berperang melawan musuh Israel, meski kehilangan tokoh penting yang mengatur dan melancarkan serangan 7 Oktober.

Selain itu, operasi ini memperlihatkan perpecahan di kalangan elit militer dan intelijen Israel, serta kegagalan intelijen besar. Hal ini terlihat dari kegagalan memburu para pemimpin Hamas di luar negeri, serta pernyataan Netanyahu bahwa operasi ini hanya diorganisir oleh Shin Bet, tanpa dukungan sejumlah pejabat keamanan dan militer.

Akibatnya, posisi Israel dan Amerika Serikat di Timur Tengah jelas akan merosot karena kegagalan ini. Kini, setiap negara Arab, bahkan yang sudah menormalisasi hubungan dengan Israel, berada dalam posisi sulit. Mereka tak lagi merasa aman dari ancaman entitas liar yang dipimpin oleh sosok yang bingung dan kehilangan kendali. Lebih jauh lagi, negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) harus mengambil sikap yang sepadan dengan seriusnya kejahatan terhadap sebuah negara yang terikat perjanjian keamanan dengan mereka.

Di sisi lain, muncul dua pertanyaan penting di semua negara yang memiliki pangkalan AS: Pertama, apa gunanya pangkalan tersebut jika tidak mampu melindungi rakyat dan wilayah dari agresi liar Israel? Kedua, jika Qatar—sebuah negara kecil, damai, sekutu dekat AS, yang menginvestasikan lebih dari satu triliun dolar di sana, menjadi mediator utama pembebasan sandera Amerika dan Israel, menyediakan tempat aman untuk semua negosiator, dan tidak pernah mengancam Israel—masih bisa diserang, bagaimana dengan negara lain yang masuk dalam rencana Netanyahu untuk “Timur Tengah Baru”?

Panggilan singkat Presiden Trump kepada Emir Tamim bin Hamad sama sekali tidak memberi dorongan, sebab ia tidak mengecam serangan itu secara tegas. Yang dibutuhkan adalah kecaman jelas disertai tindakan nyata, yakni menghentikan dukungan militer kepada Israel yang digunakan untuk melakukan genosida di Gaza atau melancarkan agresi baru di kawasan. Sesi PBB pada Kamis, 12 September, pun tidak memberi jaminan; hanya sekadar mengecam serangan dalam sebuah pernyataan tanpa menyebut Israel atau Netanyahu.

Sebagian pihak berpendapat—dan memang benar—bahwa tindakan ini menjadi pukulan besar bagi proses negosiasi, kemungkinan tercapainya kesepakatan damai, serta pembebasan cepat para tawanan. Namun perspektif ini mengabaikan fakta penting: operasi tersebut sebenarnya bagian dari tujuan utama Netanyahu—yakni menggagalkan proses negosiasi dan melanjutkan perang pemusnahan yang ia mulai sejak Oktober 2023, demi kepentingan politik dan pribadinya.

Tidak ada akal sehat yang bisa menerima tuduhan bahwa Qatar “diberi tahu beberapa saat sebelumnya” sehingga sempat memperingatkan Hamas. Klaim ini runtuh dengan fakta bahwa putra dari target utama, pemimpin Hamas Khalil al-Hayya, bersama sekretarisnya, serta seorang anggota keamanan Qatar, turut gugur dalam serangan biadab itu. Israel juga mengklaim operasi ini dilakukan dengan pihak lain, bahkan pesawat tempurnya melewati wilayah udara negara Arab tertentu. Semua ini hanya upaya mengalihkan perhatian dari kejahatan itu sendiri, yang seharusnya menjadi fokus Qatar dan negara-negara Arab-Islam.

Amerika Serikat pasti akan berusaha mengecilkan seriusnya peristiwa ini dan membujuk Qatar agar tetap pada peran mediaturnya. Namun risikonya, Hamas bisa dipaksa menerima pembebasan tahanan dengan imbalan gencatan senjata singkat, yang justru memberi kesempatan bagi militer Israel melanjutkan perang pemusnahan dan pengusiran paksa rakyat Gaza—selaras dengan rencana Trump untuk mengosongkan Gaza, rencana yang selalu ia ulang dengan kalimat: “kita tidak terburu-buru.”

Meski menanggung banyak kehilangan dan pengorbanan, perlawanan sejauh ini berhasil menggagalkan rencana tersebut. Begitu juga keteguhan rakyat Gaza yang legendaris, mampu menghadang semua upaya kejam Israel dan Amerika untuk mengusir mereka. Harapannya, keteguhan ini pada akhirnya akan mengubah situasi di dalam Israel dan Amerika, sekaligus meningkatkan penentangan terhadap kebijakan Netanyahu dan Trump. Ini bukan sekadar retorika, melainkan berdasarkan analisis para pemikir Yahudi dan Amerika. Yang terbaru, Profesor Jeffrey Sachs, dalam videonya memprediksi bahwa “sesuatu yang besar akan segera terjadi di Amerika”—sebuah perubahan yang memungkinkan generasi baru pendukung Palestina memiliki pengaruh lebih besar. Hanya dengan begitu Amerika dapat menjadi bagian dari solusi persoalan Palestina. (MeMo/Ab)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Palestina Masih Berduka, Ayo Ulurkan Tangan Bantu Mereka

Sahabat, Ulurtangan mari kirimkan dukungan terbaikmu untuk warga Palestina di Gaza demi menguatkan mereka menghadapi situasi mencekam ini. Mari dukung mereka dengan berdonasi dengan cara:...

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Open Donasi Wakaf Pembangunan Rumah Qur'an & TK Islam Terpadu An Najjah di Jonggol

Saat ini, Ulurtangan bersama Yayasan An Najjahtul Islam Jonggol sedang merintis pembangunan Rumah Qur’an dan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) An Najjah dan Gedung Majelis Taklim di Jonggol,...

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Ulurtangan Bersama PDUI Kota Bekasi Safari Wakaf Qur'an dan Tebar Sembako ke Pelosok Negeri

Mari bergabung dalam memperkuat jaringan kebaikan di pelosok negeri dengan Wakaf Al-Qur'an. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari kebaikan ini. Abadikan harta dengan wakaf Al-Qur'an dan saksikan...

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Bantu Naura, Balita Hebat Sembuh Dari Tumor Pembuluh Darah

Hidup Naura Salsabila dipenuhi dengan rintangan yang sangat berat. Meskipun baru berusia sepuluh bulan, bayi yang imut ini harus menghadapi penyakit yang dahsyat, yaitu tumor pembuluh darah berukuran...

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah Keluarga Yatim Ludes Terbakar Saat Ditinggal Sholat Tarawih

Rumah yang ditinggali keluarga yatim Ibu Turyati (34) ludes terbakar saat ditinggal berbuka puasa bersama dan sholat Tarawih. Kebakaran pada Kamis malam (23/3/2023) itu tak menyisakan barang...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X