Twitter : SBY Kafir menjadi Trending Topic Dunia

Jakarta (voa-islam.com) - Ada yang ramai di hari Senin, 25 April 2011, pukul 14.00wib. Twitter memperlihatkan kicauan para tweeps asal Indonesia tentang "SBY Kafir" yang menjadi trending topic dunia. Topik SBY kafir menjadi pembicaraan utama setelah tulisan yang dirilis oleh Metro TV tentang pernyataan Abu Bakar Ba'asyir yang menyebut SBY adalah orang kafir.

Tidak berlebihan, Indonesia saat ini merupakan salah satu negara pengguna mikroblogging besar seperti Twitter. Bahkan, para pengguna Twitter di Indonesia, terutama di Jakarta sering menciptakan Trending Topic baru bagi Twitter. Berkali-kali hasil tweet para tweps Indonesia dapat menembus peringkan pertama Trending Topic. Dari sekian banyaknya pengguna Twitter di Indonesia, maka muncullah beberapa Fakta Menarik Tentang Twitter di Indonesia hasil dari survey salingsilang.com per januari 2011 .

Berikut ini Fakta Menarik Tentang Twitter di Indonesia:

1. Indonesia menyumbang 15 % dari total seluruh tweets di seluruh dunia. Di bawah brazil (27%) dan Amerika (25 %). Dan diatas Inggris (7%) dan Belanda (4%)
2. Pada bulan Januari ada 22.707.725 tweets dari Indonesia. Dan ada 4.883.228 akun Twitter dari Indonesia
3. Jumlah tweets dari Indonesia paling banyak terjadi pada jam 18.00 – 22.00. Yaitu ada sekitar 1.400.000 – 1.600.000 tweets.
4. Pada weekend jumlah tweets juga banyak, yaitu ada 3.500.000 tweets atau rata-rata 5,59 tweets per akun.
5. Dari keseluruhan tweets terdiri dari 53% retweet dan 47 % tweet
6. 10 besar kota dengan tweets terbanyak (presentasi0 : Jakarta (16,33 %), Bandung (13,79%), Yogyakarta (11.05 %), Semarang (8,92 %), Surabaya (8,21 %), Malang (7,41 %), Medan (7,25 %), Bali (6,01 %), Riau (4,66 %) dan Palembang (3,62 %).
7. Trending topics yang paling sering terjadi yaitu membahas seputar sepak bola : 20,15 %
8. Dari seluruh pengguna twitter di Indonesia, 43% menggunakan aplikasi UberTwitter (UberSocial), 16 % API, dan 11% menggunakan Twitter for Blackberry.

Metro TV menulis, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut kafir oleh ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Hal itu dikatakan Rais al-Am Majelis Anshor At-Tauhid itu dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (25/4).

Lalu apa yang menyebabkan SBY disebut kafir oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir? "SBY pantas disebut kafir karena gagal menjalankan syariat Islam di Indonesia. Itu sudah menjadi konsekuensi, jika seorang pemimpin di negara ini tidak menjalankan syariat Islam dengan benar. Sangat pantas jika saya mengatakan bahwa SBY itu seorang kafir," tegasnya.

"Pemimpin manapun yang memimpin negara ini, tetapi tidak menjalankan hukum Islam dengan sebagaimana mestinya, maka hukuman yang layak diberikan kepada orang itu adalah hukum kafir," ungkap Ba'asyir.

Apalagi, lanjutnya, selama pemerintahan SBY, umat Islam selalu terpojokan dengan berbagai macam fitnah dan tuduhan. Karena itu, cara yang harus ditempuh seorang pemimpin adalah menjalankan hukum Islam secara benar.

Dalam konsep daulah Islamiyah yang dimaksud Ba'asyir, semua warga negara yang tidak melaksanakan hukum Islam secara benar maka itu kafir.  "Itu sudah menjadi konsekuensi atas perbuatannya," ujarnya.

Memang tanpa bisa kita perlu tutup-tutupi lagi, pemerintahan Indonesia selama berdirinya demokrasi tidak bisa sejalan dan akur dengan Islam, umat Islam justru yang harus menyesuaikan keislamannya agar bisa sejalan dengan demokrasi, namun jika Demokrasi di Islamkan maka timbul banyak serangan. Ditahun 2011 ini betul-betul tersudut? berita selengkapnya disini.(d5vn2)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Indonesia News lainnya:

• Waspada! NII KW IX Masih Mencari Mangsa Untuk Diperas
• Lagi, Gereja Liar di Cileungsi-Bogor Bikin Ulah
• 'Tentara Allah' Turun di Kampung Melayu Selambo - Deli Serdang
• Lima Masjid Dibakar di Medan, FUI Sumatera Utara Datangi Komnas HAM
• Komisi Yudisial & MK Terima Keberatan Tim Kuasa Hukum Ustadz Ba'asyir
• RUU Intelijen: Kalimat 'Musuh Dalam Negeri' Perlu Dikritisi
• Ormas Islam: RUU Intelijen Berpeluang Menjadi Pasal Karet
• Catatan Untuk Hanung, Film "?" Gambaran Toleransi Yang Ngawur